tag:blogger.com,1999:blog-61236709116034860952024-03-05T04:39:23.550-08:00Adiy areawawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.comBlogger36125tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-46564269390485768712012-09-16T20:24:00.001-07:002012-09-16T20:24:44.903-07:00GULA REDUKSIPEMERIKSAAN GULA REDUKSI
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.
Secara alami, terdapat tiga bentuk karbohidrat yang terpenting, yaitu monosakarida, oligosakarida (terdiri atas 2-10 unit monoskarida), dan polisakarida (terdiri lebih dari 10 unit monosakarida). Contoh monosakarida adalah glukosa. Contoh oligosakarida adalah sukrosa. Contoh polisakarida adalah pati, amilum, selulosa, pektin, gum. Karbohidrat sebagai polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton mempunyai kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat reduktif ini terdapat pada gugus hidroksil atom C nomor 1 untuk aldosa dan pada atom C nomor 2 untuk ketosa
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan kandungan karbohidrat dalam bahan pangan, misalnya dengan cara kimiawi, fisik, enzimatis, biokimia, maupun kromatografi. Penentuan kandungan karbohidrat dengan cara kimia didasarkan pada reaksi oksidasi cupri menjadi cupro. Metode penetapan secara kimia meliputi: luff schoorl , munson-walker, lane eynon , nelson-somogy , Oksidasi ferri ,Iodometri (Sukatiningsih, 2010). Analisa karbohidrat dapat dilakukan terhadap kandungan total karbohidrat, kandungan total gula, kandungan pati, serat kasar, serat pangan, dan senyawa pektin. Semua senyawa karbohidrat tersebut dapat menentukan nilai gizi pangan bahan sumber karbohidrat.
METODE Luff Schoorl
Pada penentuan karbohidrat dengan metode Luff Schoorl, yang ditentukan bukan Cu2O yang mengendap tapi dengan menggunakan CuO dalam larutan yang belum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan menggunakan titrasi volumetri. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang telah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Na2S2O3 dengan banyaknya gula pereduksi. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu :
1. Penentuan Cu tereduksi dengan I2
2. Menggunakan prosedur Lae-Eynon
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Persamaan reaksinya:
R-COH + 2 CuO → Cu2O (s) + R-COOH (aq)
H2SO4 (aq) + CuO → CuSO4 (aq) + H2O (l)
CuSO4 (aq) + 2 KI (aq) → CuI2 (aq) + K2SO4 (aq)
2 CuI2 ↔ Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI
I2 + amilum → Biru
Penetapan sebelum inversi dilakukan untuk mengetahui jumlah gula pereduksi yang terdapat dalam sampel. Penetapan inversi lemah dilakukan untuk mengetahui jumlah disakarida yang tidak bersifat reduksi seperti sukrosa. Penetapan sesudah inversi kuat biasanya dilakukan untuk menentukan kadar karbohidrat pada poliskarida.
C. Alat dan Bahan
Analisis Kualitatif
Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes tangkai panjang
4. Kaca preparat
5. Penangas air
6. Mikroskop
7. Batang pengaduk
8. Pemanas listrik
9. Botol semprot
10. Kertas saring
11. Corong kaca
12. Gelas kimia
13. Spatula
14. Kertas lakmus’
15. Penjepit tabung reaksi
Bahan
1. Pereaksi Molisch
2. Pereaksi Asam Pikrat
3. Pereaksi Barfoed
4. Pereaksi Benedict
5. Pereaksi Seliwanoff
6. Pereaksi Fenilhidrazin
7. Air tebu
8. Larutan kanji 1%
9. Larutan NaOH 6M
10. Larutan HCl 6M
11. Larutan I2 0,01M
12. Larutan HCl pekat
13. Amil Alkohol
Analisis Kuantitatif
Alat
1. Tabung Reaksi
2. Gelas Kimia 250mL
3. Kassa
4. Botol semprot
5. Labu ukur 250mL
6. Kertas saring
7. Corong pendek
8. Labu erlenmeyer
9. Pembakar bunsen
10. Buret
11. Pipet volum
12. Gelas ukur
13. Pipet tetes
14. Batang pengaduk
Bahan
1. Larutan Na2S2O3
2. Larutan H2SO4
3. Larutan KI
4. Air tebu
5. Larutan HCl
6. Aquades
7. Larutan NaOH
8. Larutan Luff Schoorl
- CuSO4.5H2O
- Asam sitrat
- Na2CO3.10H2O
DIAGRAM ALIR
PEMERIKSAAN KARBOHIDRAT
DAFTAR PUSTAKA
http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/analisis-kualitatif-dan-kuantitatif.html
http://www.google.co.id/imgres?um=1&hl=id&client=firefox-a&sa=N&rls=org.mozilla:en-US:official&noj=1&tbm=isch&tbnid=-Z58cSx4ySNhtM:&imgrefurl=http://herypurwantomanik.blogspot.com/2012/01/karbohidrat.html&docid=XTbTaD5Pg5kyiM&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRMjkTCuq80UiL4plrGVsGxL9sdIOWq8PNeUGQWUCqTW-JDCRCw3MrhvAvhING-3gD6ueaFFmMCg6DLG5NsB3ASh0KW4Egp7sZj6IrIg1SlaH45CU_78pyOuPq-dlZ_S3lQL369OiXu37T/s1600/dextran.gif&w=324&h=303&ei=wgZQUOy5B9ChiAf044GABQ&zoom=1&iact=rc&dur=9&sig=116407711534610153078&page=2&tbnh=145&tbnw=155&start=10&ndsp=15&ved=1t:429,r:2,s:10,i:112&tx=68&ty=20&biw=1024&bih=497
http://queenofsheeba.wordpress.com/2009/11/17/luff-schoorl/
http://eremjezone.blogspot.com/2010_05_01_archive.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_pereduksi wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-74314976488332189762011-11-23T19:13:00.001-08:002011-11-23T19:13:50.154-08:00clotting timeclotting time <br />
<br />
waktu pembekuan darah merupakan waktu yang diperlukan untuk darah menggumpal dalam tabung kaca alam .dalam metode lee and white darah dalam tabung reaksi dipertahankan pada suhu konstan. dan diperiksa secara teratur,sampai terjadi bekuan.tes dapat juga dialihkan pada tabung kapiler disebjut juga waktu koagulasi.<br />
<br />
serangkaian protein plasma yang terkait melalui kaskade komplek.enzim katalis reaksi yang melibat kan pembelahan berurutandari molekul pembelahan berurutan dari molekul protein besar untuk menghasilkan peptida.masing -masing yang mengubah suatu prekusor inaktif (zymogen)faktor II,menjadi enzim aktifyang mengarah ke pembekuan fibrin.<br />
<br />
Mereka ditunjuk oleh angka Romawi, dan tambahan 'a' untuk menunjukkan negara diaktifkan. Mereka adalah: faktor I (fibrinogen), faktor II (protrombin), faktor III (tromboplastin jaringan), faktor IV (kalsium), faktor V (proaccelerin), faktor VI (tidak lagi dianggap aktif dalam hemostasis), faktor VII (proconvertin) , faktor VIII (antihemophilic faktor), faktor IX (komponen tromboplastin plasma; Natal faktor), faktor X (faktor stuart), faktor XI (plasma tromboplastin anteseden), faktor XII (faktor Hageman), faktor XIII (fibrin menstabilkan faktor).<br />
waktu pembekuan<br />
waktu yang diperlukan untuk darah menggumpal dalam tabung kaca; ukuran dari sistem koagulasi intrinsik. Dalam metode Lee-White, darah dalam tabung reaksi dipertahankan pada suhu konstan dan diperiksa secara teratur sampai pembekuan terjadi; tes dapat juga dilakukan dalam tabung kapiler. Disebut juga waktu koagulasi. Kurang sensitif dan sekarang lebih sering digunakan daripada waktu koagulasi yang diaktifkan.<br />
Faktor pembekuan jaringan<br />
Faktor pembekuan III; tromboplastin jaringan.<br />
<br />
Waktu pembekuan Lee-White menggunakan tiga tabung yang disimpan dalam suhu 37°C, masing-masing berisi 1 ml darah lengkap. Tabung-tabung ini secara hati-hati dimiringkan setiap 30 detik untuk meningkatkan kontak antara darah dan permukaan kaca untuk melihat kapan pembekuan terjadi. Darah normal membeku secara padat dalam waktu 4-8 menit. Dahulu uji ini digunakan untuk memantau terapi heparin, yang memperpanjang waktu pembekuan. <br />
<br />
Sumber: http://adiyarea.blogspot.com/2011/11/clotting-time.html<br />
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/clotting+timewawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-56807028629358108792011-11-23T18:54:00.000-08:002011-11-23T18:54:53.911-08:00clotting timewaktu pembekuan darah merupakan waktu yang diperlukan untuk darah menggumpal dalam tabung kaca alam .dalam metode lee and white darah dalam tabung reaksi dipertahankan pada suhu konstan. dan diperiksa secara teratur,sampai terjadi bekuan.tes dapat juga dialihkan pada tabung kapiler disebjut juga waktu koagulasi.<br />
<br />
serangkaian protein plasma yang terkait melalui kaskade komplek.enzim katalis reaksi yang melibat kan pembelahan berurutandari molekul pembelahan berurutan dari molekul protein besar untuk menghasilkan peptida.masing -masing yang mengubah suatu prekusor inaktif (zymogen)faktor II,menjadi enzim aktifyang mengarah ke pembekuan fibrin.<br />
<br />
Waktu pembekuan Lee-White menggunakan tiga tabung yang disimpan dalam suhu 37°C, masing-masing berisi 1 ml darah lengkap. Tabung-tabung ini secara hati-hati dimiringkan setiap 30 detik untuk meningkatkan kontak antara darah dan permukaan kaca untuk melihat kapan pembekuan terjadi. Darah normal membeku secara padat dalam waktu 4-8 menit. Dahulu uji ini digunakan untuk memantau terapi heparin, yang memperpanjang waktu pembekuan.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-81563755052597161192011-10-26T23:46:00.000-07:002011-10-26T23:46:59.281-07:00Salmonella paratyphiMORFOLOGI<br />
Salmonella paratyphi adalah bagian dari family Enterobacteriaceae, termasuk<br />
dalam motil Gram-negative, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob dan<br />
terdapat identifikasi serologis antigens somatic dan flagellar.<br />
3. SIKLUS HIDUPNYA<br />
Untuk siklus hidup dari bakteri Salmonella paratyphi tidak diperoleh sumber<br />
informasi yang lengkap sehingga siklus hidup pada bakteri ini tidak dapat<br />
dijelaskan.<br />
4. PENYAKIT YANG DITIMBULKAN<br />
Salmonella paratyphi adalah penyebab demam enteric. Salmonella paratyphi<br />
juga memiliki jangkauan inang yang luas dan beberapa diantaranya menyebabkan<br />
penyakit atau peradangan usus dan penyakit sistemik (menyebabkan demam<br />
Paratyphoid) serta Enterocolitis (Dahulu “Gastroenteritis”).<br />
5. PENYEBARAN<br />
Adapun Penyebaran dari bakteri Salmonella paratyphi ini melalui makanan dan<br />
minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Makanan dan minuman<br />
yang membawa bakteri tersebut masuk kedalam mulut kemudian akan melewati<br />
saluran pencernaan dan akan sampai ke usus. Setelah memasuki dinding usus kecil,<br />
Salmonella paratyphi mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa<br />
yang menyebabkan pembengkakan pada urat dan setelah satu periode<br />
perkembangbiakan bakteri tersebut kemudian menyerang aliran darah. Aliran darah<br />
yang membawa bakteri ini juga akan menyerang liver, kantong empedu, limfa, ginjal,<br />
dan sumsum tulang dimana bakteri ini kemudian berkembangbiak dan menyebabkan<br />
infeksi organ-organ ini. Melalui organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka<br />
terus menyerang aliran darah yang menyebabkan bacteremia skunder. Bacteremia<br />
skunder ini bertanggung jawab sebagai penyebab terjadinya demam dan penyakit<br />
klinis.<br />
6. PENULARAN<br />
Salmonella paratyphi terjadi secara sporadis dengan penjangkitan yang<br />
terbatas dan hanya terjadi pada manusia. Bakteri ini menular melalui kontak<br />
langsung maupun tak langsung dengan tinja atau melalui urin pada pasien penderita<br />
namun hal tersebut jarang ditemukan. Media penularan Salmonella paratyphi dapat<br />
juga melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh bakteri tersebut<br />
terutama susu, produk susu maupun perikanan, bisa juga tercemar melalui tangan<br />
kotor ataupun lalat yang mungkin menyebabkan kontaminasi.<br />
Beberapa penularan yang berhubungan dengan ketersediaan air telah<br />
didokumentasikan. Periode inkubasinya antara 1 hingga 3 minggu. Salmonella<br />
paratyphi dikeluarkan melalui tinja dari manusia atau binatang yang terinfeksi.<br />
Kontaminasi tinja dari air tanah atau air permukaan juga air olahan yang tidak layak<br />
dalam pemrosesannya serta air minum yang tak layak untuk dipakai menjadi<br />
penyebab utama timbulnya epidemic air yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi.<br />
7. GEJALA<br />
Salmonella paratyphi menyebabkan demam infeksi bakteri yang di tandai<br />
dengan serangan kasar dilanjutkan dengan demam, rasa tak enak badan, sakit<br />
kepala, susah tidur, pembengkakan limpa, bradycardia, dan munculnya bintik-bintik.<br />
Pada orang dewasa lebih umum terjadi konstipasi dibanding diare, komplikasi<br />
meliputi pelubangan pada usus, penyakit kejiwaan, hepatitis, cholecystitis,<br />
pneumonitis, dan pericarditis. Secara klinis demam paratifoid sama dengan demam<br />
tifoid akan tetapi tingkat kefatalannya lebih rendah. Sedangkan pada Enterocolitis<br />
biasa bisa terjadi tanpa demam enteric yang ditandai dengan sakit kepala, sakit<br />
perut, mual, muntah, diare dan dehidrasi.<br />
8. OBAT YANG DIGUNAKAN<br />
Pengobatan untuk demam paratifoid yang disebabkan oleh Salmonella<br />
paratyphi biasanya menggunakan obat antibiotic namun ada juga pengobatan dengan<br />
cara memberikan Vaksin. Obat yang sering digunakan adalah Ofloxacin (Ofloxacin<br />
oral), chloramphenicol, Trimethoprim - Sulfamethoxazole, Cefotaxime,<br />
Ciprofloxacin, Gentamicin, Ampicillin dan Amikacin. Namun tidak semua obat-obat<br />
antibiotic ini dapat membunuh atau mematikan bakteri Salmonella paratyphi. Hal ini<br />
disebabkan karena bakteri resisten terhadap obat-obat antibiotic tersebut. Jadi<br />
bakteri mampu menunjukkan ketahanannya atau mampu untuk mempertahankan diri<br />
sehingga obat-obat antibiotic tersebut mengalami penurunan kepekaan terhadap<br />
bakteri Salmonella paratyphi. Sehingga obat-obat antibiotic tersebut tidak dapat<br />
bekerja secara maksimal dan tidak dapat membunuh bakteri Salmonella paratyphi<br />
karena aktiivitas obat antibiotic tersebut dihambat terlebih dahulu oleh bakteri.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-20830410154093645982011-10-02T05:45:00.000-07:002011-10-02T05:45:29.069-07:00dipusingkan tugas kampustugas anyak kegiatan banyak susah ducerna bikin tambah pusing.....wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-33380780704303768642011-09-20T03:18:00.000-07:002011-09-20T03:18:06.709-07:00TRICHOMONAS VAGINALISTRICHOMONAS VAGINALIS<br />
<br />
A.Taksonomi<br />
Trichomonas vaginalis meruakan protozoa dari super dass mastigophora (diesing,1866),class zoomastigophora(calkins1909)ordo trichomonadidae (chalmers & pekola 1918),family trichomonadidae ini kemudian oleh honigberg(1946) dibagi menjadi sub family Trichomonadinae dengan genus Trichomonas dan Pentatrichomobus<br />
<br />
B.Morfologi<br />
Protozoa ini berbentuk oval ,panjang 4,32 mikro meter dan lebar 2,4-14,4mikrometer.memiliki flagell intinya berbentuk oval terletak dibagian atas tubuhnya ,dibelakang inti terdapat blepharoblast sebagai tempat keluarnya 4 flagella,yang menjuntai bebas dan melengkung diujung nya sebagai alat gerak yang aju mundur.flagella kelima melekat ke undulating membrane dan menjuntai kebelakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini.sitoplasma terdiri dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut sebagai axostyle.<br />
Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan fagositosis.perkembangbiakanya dengan cara membelah diri(binary fussion)dan inti membelah dengan cara mitosis yg dilakukan setiap 8-12 jam dengan kondisi yang optimum.Untuk hidup dan berkembang biak ,Trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan temperature sekitar 35-37 derajat celcius.ph antara 4,9 dan 7,5 dan sangat baik pertumbuhanya pada ph sekitar 5,5 dan 6.trichomonas vaginalis,dapat di identifikasikan dari sediaan secret vagina yang masih segar,dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas beserta pergerakannya.<br />
<br />
C.Patologi<br />
Trichomonas vaginalis masuk kedalam vagina melalui hubungan seksual ,yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif,hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali.Dan diketahui secara in vitro ternyata ternyata trichomonas vaginalis ini memakan dan membunuh lactobacillusdan bakteri lainnya.akibatnya jumlah lactobacillus menjadi sedikit sehingga produksi laktat akan semakin menurun,akibat kondisi ini ph vagina akan meningkat antara5-5,5 pada suasana basa seperti ini selain Trichomonas vaginalis berkembang semakin cepat dan memungkinkan untuk berkembangnya mikroorganisme patogen lainya sepeti jamur dan bakteri<br />
<br />
<br />
Diagnosa<br />
Diagnose dapat ditegakan melalui hal berikut ini<br />
• Pemeriksaan mikroskopis<br />
Dilakukan dengan cara membuat sediaan dari secret dinding vagina dicampur satu tets garam fisiologis diatas gelas objek dan diamati dibawah mikroskop\<br />
• Kultur<br />
• Serologi dan immunologi<br />
• Terapi <br />
Metrodinazole adalah antibiotic pilihan pertama ada yang paling baik intuk kasus Trichomoniasis.Atau dapat menggunakan antibiotic lain seperti tinidazole,ornidazole,dllwawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-40415787359541225132011-06-17T07:06:00.000-07:002011-06-17T07:06:25.118-07:00SPERMA ANALISA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh29C2RwpCUDYlfEfO6XAg6X7dbE_qbKZPIOSZGQ-Hgk60mWwhOAEZ7aVE3oZDP5-_NMZkfhz909lCL1q70TPAZnBRxI8_WUNbtHiJZbA4vNq6Esvsv-fP1beSjLBl95n-sbuysNILFKNer/s1600/xx.jpeg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="194" width="259" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh29C2RwpCUDYlfEfO6XAg6X7dbE_qbKZPIOSZGQ-Hgk60mWwhOAEZ7aVE3oZDP5-_NMZkfhz909lCL1q70TPAZnBRxI8_WUNbtHiJZbA4vNq6Esvsv-fP1beSjLBl95n-sbuysNILFKNer/s320/xx.jpeg" /></a></div><br />
<br />
TUJUAN : <br />
Untuk menganalisa pemeriksaan semen (seperti: volume, warna, bau, konsistensi, dll) dan karakteristik morfologi/kemampuan fungsional dari konstituen spermatozoa, dengan memperhatikan kualitas stabilitas semen. Analisa sperma umumnya digunakan untuk studi infertilitas, studi postvasektomi, diagnosa azoospermia, oligospermia dll.<br />
<br />
PRINSIP PEMERIKSAAN : <br />
Secara Makroskopis : warna, bau cairan semen diamati serta dilakukan pengukuran liquefaksi, pH, viskositas dan pengukuran volume dilakukan paling akhir minimal setelah proses pemeriksaan motilitas dilakukan (untuk mengurangi resiko kontaminasi dari tabung kerucut/gelas ukur dengan mengestimasi banyaknya sperma yang telah digunakan).<br />
Secara Mikroskopis : Aduk cairan semen secara perlahan sampai homogen dan amati adanya spermatozoa, motilitas, aglutinasi, dan jumlah spermatozoa. Setelah dibuat pengecatan preparat amati marfologi, leukosit serta viabilitas spermatozoa<br />
<br />
METODE : Makroskopis dan Mikroskopis<br />
METODE REFERENCE: -<br />
<br />
SAMPEL :<br />
Jenis : Cairan semen (mani/ejakulat)<br />
Jumlah : Semua ejakulat yang dikeluarkan (tidak boleh ada yang tumpah)<br />
Stabilitas : Dalam 1 jam pada suhu kamar sejak dikeluarkan, dengan puasa seksual 2-7 hari<br />
Catatan : <br />
Semua persyaratan sampel yang tidak terpenuhi, sebaiknya ditolak kecuali ada permintaan atau persetujuan dari klinisi/pasien<br />
Untuk hasil azoospermia setelah dilakukan pemutaran >3000g selama 15 menit. Tuliskan pada HPsL di kolom Catatan: dianjurkan untuk dilakukan pengulangan sampel dengan menggunakan sampel baru, dengan jarak waktu antara 1 minggu - <3 minggu, kecuali untuk keterangan klinis pasca vasektomi atau sebelumnya sampel sudah pernah dilakukan pengulangan dengan sampel baru, maka tidak perlu diberi catatan. Untuk proses pemantauan pengobatan, jarak waktu pengulangan sample disesuaikan dengan permintaan dokter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan sperma adalah suhu ruang kerja > 200 – 40o C dan kondisi ruang kerja harus bersih, bebas debu serta tidak menimbulkan bau yang menyengat, contoh: pengharum ruangan, alkohol dan lain lain. Hal ini dapat mengganggu pemeriksaan motilitas sperma.<br />
<br />
REAGEN : <br />
Pengecatan preparat<br />
Giemsa (Romanovsky-Giemsa)<br />
Aquabidest<br />
Metanol p.a<br />
Kertas pH : 6.5 - 10.0 (Katalog: 9543) atau bila pH > 10 pergunakan kertas pH 0-14 (Katalog 1.09533.000.1)<br />
NaCl 0.9%<br />
Larutan pengencer jumlah spermatozoa disiapkan oleh Perbekalan Pusat<br />
Eosin 0.5% disiapkan oleh Perbekalan Pusat<br />
<br />
KONTROL : -<br />
<br />
KALIBRATOR : -<br />
<br />
ALAT : <br />
Kamar hitung Improved Neubauer<br />
Mikroskop<br />
Objek glass<br />
Deck glass 22 X 22 mm<br />
Pipet ukur 5,0 mL<br />
Stop watch<br />
Tabung reaksi<br />
Batang Pengaduk<br />
Gelas ukur / tabung kerucut kaca<br />
Mikro pipet<br />
<br />
LANGKAH KERJA/PROSEDUR PEMERIKSAAN <br />
DAN PARAMETER YANG DILAPORKAN<br />
1. DATA SAMPEL<br />
Tuliskan jam pengumpulan, jam penerimaan dan jam pemeriksaan sampel. Cara pelaporan :<br />
Jam Pengumpulan : 07.30<br />
Jam Penerimaan : 07.40<br />
Jam Pemeriksaan : 08.10<br />
Keterangan : Jam pemeriksaan di catat pada saat mengerjakan pemeriksaan motilitas<br />
2. TERTAMPUNG<br />
A. Interpretasi hasil<br />
Lengkap : Jika semua sampel tertampung pada wadah.<br />
Tidak Lengkap : Jika tidak semua sampel tertampung pada wadah (tumpah sebagian)<br />
B. Cara Pelaporan<br />
Tuliskan kondisi dari sampel tersebut<br />
Contoh : Lengkap<br />
<br />
3. CARA PENGELUARAN<br />
A. Cara Pengeluaran : Masturbasi, Coitus interuptus, kondom atau lainnya<br />
B. Cara Pelaporan : Tuliskan cara mengeluarkan sperma dari pasien. Contoh : Masturbasi<br />
C. Catatan : Cara pengeluaran sampel yang dianjurkan adalah masturbasi<br />
<br />
4. WADAH (tempat penampungan sample sperma)<br />
A. Wadah : gelas atau plastik disposable yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh TQA Pusat.<br />
B. Cara Pelaporan : Tuliskan tempat (wadah) dari sampel. Contoh : Wadah plastik yang memenuhi persyaratan untuk sperma<br />
Keterangan : wadah plastik yang distandardisasi oleh T-QA Pusat dan dianjurkan menggunakan wadah disposable.<br />
<br />
<br />
5. PUASA SEKSUAL (ABSTINENSIA)<br />
A. Puasa seksual yang dimaksud adalah berapa lama tidak melakukan hubungan seksual/tidak mengeluarkan sperma atau waktu terakhir sperma dikeluarkan<br />
B. Nilai normal : 2 - 7 hari<br />
C. Cara Pelaporan :Tuliskan berapa hari pasien tidak berhubungan seksual. Contoh : 3<br />
Catatan : <br />
Bila abstinensia < 2 hari atau > 7 hari, beri catatan di HPsL<br />
Pada saat pasien mimpi basah, berarti pasien tidak dihitung sebagai waktu abstinensia/puasa seksual (karena ada sperma yang dikeluarkan)<br />
<br />
6. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS<br />
SEMUA PARAMETER ANALISA SPERMA DIKERJAKAN SETELAH TERJADI LIQUEFAKSI SEMPURNA<br />
Jika sampai 1 jam belum terjadi liquefaksi sempurna, maka pemeriksaan boleh dikerjakan, dengan diberi catatan pada HPsL " Pemeriksaan dilakukan pada sampel yang belum liquefaksi sempurna "<br />
A. VOLUME<br />
Dikerjakan paling akhir dengan memperhitungkan volume sample yang telah digunakan untuk pemeriksaan.<br />
Nilai Normal : Volume : > 2.0 mL<br />
Cara Kerja : Volume semen diukur dengan menggunakan gelas ukur kaca atau tabung sentrifuse kaca (dasar kerucut) yang berskala 0,1 mL.<br />
Cara pelaporan : Tulis volume yang ditunjukkan pada tabung kerucut/gelas ukur kaca dan dinyatakan dalam mL. Contoh : 2.0 mL<br />
Catatan : Jika volume sampel kurang dari 2 mL, disarankan untuk mengulang penampungan sample (bila memungkinkan). Bila tidak memungkinkan sampel tetap dikerjakan dan parameter yang diperiksa disesuaikan dengan jumlah sampel.<br />
<br />
B. BAU<br />
Nilai Normal : Bau : Khas<br />
Interpretasi Hasil<br />
• Khas : Jika bau seperti bunga akasia<br />
• Tidak Khas : Jika bau tidak seperti bunga akasia<br />
Cara Pelaporan : Sebutkan bau dari sampel. Contoh : Khas<br />
<br />
C. WARNA<br />
Nilai Normal : Warna : Putih keabu-abuan atau kelabu pucat<br />
Interpretasi Hasil<br />
• Putih keabu-abuan/kelabu pucat : jika jumlah spermatozoa normal<br />
• Putih Jernih : Jika jumlah spermatozoa sedikit<br />
• Coklat : Jika ada eritrosit<br />
• Kuning : Jika pasien ikterus atau minum vitamin<br />
Cara Pelaporan : Sebutkan warna dari sampel yang dilihat. Contoh : Putih keabu-abuan<br />
<br />
D. pH<br />
Nilai Normal : pH : 7.2 – 7.8 (Reff. WHO Ed. 3)<br />
Cara Kerja : <br />
• Teteskan setetes sampel diatas kertas pH dan sebarkan secara merata<br />
• Setelah 30 detik bandingkan warna yang terjadi dengan kertas standard dari kertas pH<br />
• Baca pH dari sampel tersebut.<br />
Cara pelaporan: Tulis pH yang ditunjukkan oleh kertas pH. Contoh : 7.0<br />
<br />
E. LIQUEFAKSI ( PENCAIRAN )<br />
Nilai Normal : Mencair maximal dalam waktu 60 menit<br />
Cara Kerja : <br />
• Biarkan sperma dan tunggu sampai terjadi liquefeksi sempurna.<br />
• Siapkan stop wacth (jam), tunggu selama 20 menit kemudian homogenkan sampel dengan cara memutar-mutarkan wadah sampel secara manual untuk mengurangi kesalahan (jangan diaduk-aduk). Bila diperlukan homogenisasi dapat dilakukan dengan menggunakan batang pengaduk kaca.<br />
• Catatan : homogenisasi sample tidak boleh dilakukan dengan menggunakan benda tajam/runcing, seperti: tip pipet<br />
Interpretasi Hasil<br />
• Normal : Sampel mencair maximal ≤ 60 menit<br />
• Abnormal : mencair > 60 menit<br />
Cara Pelaporan : Tuliskan waktu lamanya proses pencairan. Contoh : 20 menit<br />
<br />
F. VISKOSITAS<br />
Nilai Normal : < 2 cm .
Cara Kerja : Viskositas dapat dikerjakan dengan menggunakan batang pengaduk kaca atau pipet 5.0 mL
Dengan pipet 5.0 mL
• Sperma yang telah homogen diisap secara perlahan dengan pipet 5.0
• Dengan posisi tegak lurus biarkan sperma menetes karena gaya berat .
• Ukur panjang dari benang tetesan tersebut.
Dengan batang pengaduk
• Masukkan batang pengaduk kaca ke dalam wadah sampel
• Tarik batang pengaduk dan ukur panjang benang yang terbentuk pada saat batang pengaduk ditarik
Cara pelaporan : Tulis berapa cm benang tetesan yang terbentuk (Lihat pada lampiran 3). Contoh : 1,5 cm
Catatan : Jika didapatkan sampel sangat encer, sehingga tidak terbentuk benang, maka laporkan < 1 cm
7. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Dalam 1 sediaan dapat dilakukan pemeriksaan untuk :
Motilitas
Aglutinasi
Jumlah perkiraan spermatozoa.
Cara kerja :
Ambil masing-masing 10 uL sampel yang sudah homogen dan buat 2 sediaan dalam 1 kaca obyek
Tutup masing-masing sediaan dengan kaca penutup ukuran 22x22 mm atau 20x20 mm, biarkan 1 menit
Cek penyebaran sperma di masing-masing sediaan.
Bila penyebaran sperma sudah tampak merata dalam lapang pandang di masing-masing sediaan, lihat perkiraan jumlah sperma pada ke-2 sediaan (contoh: perkiraan jumlah sperma di sediaan 1 dan sediaan 2 tidak boleh berbeda jauh (Lihat tabel pada lampiran2). Jika terjadi perbedaan jumlah sperma/LP berbeda jauh, lakukan homogenisasi sample dan ulangi No. 1- 4)
Periksa sediaan dengan pembesaran 400X. Lakukan pembacaan untuk motilitas, pengamatan terhadap adanya aglutinasi dan pencacahan jumlah spermatozoa.
A. MOTILITAS
Kategori hasil :
• Bergerak cepat dan maju lurus
• Bergerak lambat atau sulit maju lurus
• Bergerak di tempat
• Tidak bergerak
Nilai Normal : A + B : > 50% dan/atau A : > 25%. Contoh : A = 35% + B = 30% atau A = 30% + B = 10%<br />
Cara Kerja : <br />
• Sediaan yang sudah dibiarkan 1 menit<br />
• Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 400X<br />
• Amati motilitas dari spermatozoa dan cek penyebaran sperma seluruh lapang pandang untuk memastikan homogenisasi sampel. Hitung motilitas minimal dalam 200 sperma (semakin banyak sperma yang dihitung semakin baik). <br />
• Contoh pemilihan area sepeti pada gambar :<br />
<br />
<br />
• Semua spermatozoa dengan kategori A dan B dihitung terlebih dahulu, baru kemudian kategori C dan D pada lapang pandang yang sama.<br />
• Jumlah spermatozoa untuk semua kategori dihitung sampai mendapatkan jumlah min. 200 spermatozoa, kecuali bila jumlah spermatozoa sangat sedikit maka hitung sperma dalam seluruh lapang pandang.<br />
• Pemeriksaan dilakukan Duplo dengan membuat 2 sediaan, dan hitung rata-ratanya<br />
• Catatan: Jumlah ke-2 perhitungan tersebut untuk tiap kategori tidak boleh melebihi selisih yang diperbolehkan (Lihat tabel pada Lampiran 2)<br />
• Buat prosentasi tiap kategori dari motilitas spermatozoa untuk masing-masing sediaan :<br />
% motilitas sperma = Jumlah masing-masing kategori motilitas x 100 %<br />
Total sperma<br />
Contoh : Bila ditemukan 20 sperma D dalam 210 sperma :<br />
% D = 20/210 x 100% = 9.5 %<br />
Cara Pelaporan : Tulis prosentasi untuk masing-masing kategori dan catat pada lembar kerja ( LKj )<br />
Contoh hasil pembacaan 2 siapan :<br />
Siapan Kategori (%)<br />
A B C D<br />
I 50 20 20 10<br />
II 20 20 30 30<br />
Jumlah 70 40 50 40<br />
Selisih 30 0 10 20<br />
Selisih yang diijinkan (Tabel) ≤ 16 ≤ 12 ≤ 14 ≤ 12<br />
<br />
Dari data diatas , pada kategori A dan D terdapat perbedaan lebih dari selisih yang diperbolehkan pada tabel Lampiran 1, maka harus dibuat 2 sediaan baru dan interpretasikan hasilnya kembali. <br />
Contoh hasil 2 sediaan baru adalah :<br />
Siapan Kategori (%)<br />
A B C D<br />
I 50 20 20 10<br />
II 40 20 30 10<br />
Jumlah 90 40 50 20<br />
Selisih 10 0 10 0<br />
Selisih yang diijinkan (Tabel) ≤ 19 ≤ 12 ≤ 14 ≤ 9<br />
<br />
Contoh pelaporan : <br />
• A : 45 % ( rata-rata dari 50 + 40 )<br />
2<br />
• B : 20% ( rata-rata dari 20 + 20 )<br />
2<br />
• C : 25% ( rata-rata dari 20 + 30 )<br />
2<br />
• D : 10% ( rata-rata dari 10 + 10 )<br />
2<br />
<br />
B. AGLUTINASI<br />
Yang disebut aglutinasi adalah spermatozoa motil (sperma yang masih dapat bergerak) yang saling melekat satu dengan yang lainnya/bergerombol (bisa kepala dengan kepala, bagian tengah dengan tengah, ekor dengan ekor atau campuran) di mana dalam 1 gerombol ditemukan minimal 5 spermatozoa yang bergerak.<br />
Nilai Normal : Negatif<br />
Cara Kerja : Diamati bersamaan pada saat mengerjakan motilitas (Lihat minimal dalam 10 lapang pandang secara acak).<br />
Interpretasi Hasil<br />
• Negatif : Jika tidak ada aglutinasi<br />
• Positif (+1) : terdapat 1 – 2 kelompok<br />
• Positif (+2) : terdapat 3 – 5 kelompok<br />
• Positif (+3) : terdapat > 5 kelompok<br />
Cara pelaporan : Negatif atau Positif. Contoh : (+1)<br />
<br />
C. KONSENTRASI SPERMATOZOA<br />
Pencacahan jumlah spermatozoa dengan Hemositometer (Tabel Pengenceran). <br />
Jumlah sperma<br />
kotak sedang < 10 sperma 10 – 40 Sperma > 40 Sperma<br />
Pengenceran Dihitung<br />
25 kotak Dihitung<br />
10 kotak Dihitung<br />
5 kotak<br />
1 : 4 20 8 4<br />
1 : 9 10 4 2<br />
1 : 19 5 2 1<br />
1 : 49 2 0.8 0.4<br />
Pengenceran 1 : 19 biasanya dilakukan sebagai pengenceran awal.<br />
Cara Kerja<br />
• Aduk sampel dengan batang pengaduk sampai homogen.<br />
• Lakukan pengenceran awal sampel dengan pengenceran 1 : 19<br />
• Siapkan bilik hitung ”Improved Neubauer” dan kaca penutup. Kemudian teteskan sampel yang sudah diencerkan dari salah satu sisi kaca penutup.<br />
• Amati penyebaran spermatozoa, bila tidak merata ulangi No. 3. Bila spermatozoa yang diperoleh terlalu banyak ulangi dengan pengenceran yang lebih tinggi, dan bila terlalu sedikit ulangi dengan pengenceran yang lebih rendah.<br />
• Hitung semua jumlah spermatozoa.<br />
• Bidang yang dipakai adalah kotak besar (tengah) yang terdiri dari 25 kotak sedang (R).<br />
• Perhatikan cara penghitungan sesuai dengan yang tertera pada tabel pengenceran :<br />
Hitung rata-rata spermatozoa pada kotak sedang (tengah) :<br />
<br />
Jika didapat <10 sperma dalam kotak sedang, hitung sperma dalam 25 kotak sedang atau buat pengenceran baru dengan pengenceran yang lebih rendah, contoh : 1:9.
Jika didapat 10-40 sperma dalam kotak sedang, hitung sperma dalam 10 kotak sedang
Jika didapat >40 sperma dalam kotak sedang, hitung sperma dalam 5 kotak sedang atau buat pengenceran baru dengan pengenceran yang lebih tinggi, contoh: 1:49.<br />
Contoh cara pembacaan (untuk menghindari sperma dihitung 2X) : Untuk kepala yang letaknya menyinggung garis tengah batas pemisah 2 bidang sebelah kiri dan atas di mana ekornya masih masuk ke dalam kotak pembacaan, maka sperma harus dihitung. Sedangkan untuk kepala sperma yang menyinggung garis tengah batas sebelah kanan dan bawah, maka sperma tidak ikut dihitung.<br />
Perhitungan jumlah spermatozoa dilakukan pada kedua sisi kamar hitung ( atas dan bawah/Duplo ) dan dibuat rata-ratanya serta ditulis di Lembar Kerja ( LKj ).<br />
Untuk menentukan jumlah spermatozoa dalam 106/mL, bagilah jumlah rata-rata sperma dengan faktor konversi yang sesuai dengan tabel pengenceran diatas. Untuk melihat perbedaan hasil Duplo dari ke-2 pemeriksaan, gunakan tabel pada Lampiran 2: Contoh : Jumlah rata-rata spermatozoa pada masing-masing bilik adalah 247 dan 213.<br />
Jumlah total = 460, selisih = 34.<br />
Selisih yang diperbolehkan berdasarkan tabel harus < 42 perhitungan ini dapat dilanjutkan jika didapat perbedaan atau selisih lebih dari yang tercantum dalam tabel, maka perhitungan harus diulang dengan melakukan homogenisasi sampel terlebih dahulu .
Catatan:
Jika tidak ditemukan spermatozoa :
• Buat sediaan baru dan lakukan pemeriksaan oleh Analis yang berbeda (dengan mencantumkan min. 2 nama Analis yang mengerjakan pada LKJ).
• Lakukan konfirmasi kepada Branch Operation Supervisor terkait.
• Bila hasil sediaan tetap tidak ditemukan spermatozoa, putar semua sampel dengan kecepatan > 3000 g (lihat konversi gavities ke rpm pada Lampiran 1) selama 15 menit<br />
• Periksa kembali apakah ditemukan/tidak spermatozoa.<br />
• Jika tetap tidak ditemukan (setelah disentrifuge), maka hasil sperma langsung dikeluarkan sebagai Azoospermia dengan memberikan catatan HPsL : Disarankan untuk melakukan pengulangan sampel dengan menggunakan sampel baru, dengan jarak waktu antara 1 minggu - ≤ 3 minggu<br />
• Laporkan hasil Analisa Sperma sebagai Azoospermia. Untuk status pasien pasca vasektomi/sebelumnya sudah pernah dilakukan pengulangan dengan sampel baru, beri catatan pada HPsL : sampel sudah diulang<br />
• Tulis :<br />
Pada kolom kesimpulan " Azoospermia"<br />
Di pelaporan makroskopis: konsentrasi dan jumlah ditulis “0” (nol)<br />
• Jika setelah disentrifuge didapatkan beberapa spermatozoa, laporkan hasil sebagai cryptozoospermia dengan catatan pada HPsL: motilitas dan konsentrasi tidak dikerjakan karena jumlah sperma sangat sedikit (lihat contoh HPsL untuk cryptozoospermia).<br />
Nilai Normal : > 20 juta /mL<br />
Cara Pelaporan : Sebutkan jumlah spermatozoa yang didapat dari perhitungan kamar hitung. Contoh (lihat Tabel Pengenceran) :<br />
Pengenceran : 1:19<br />
Rata-rata per kotak sedang : 10 - 40 sperma<br />
Jadi kotak sedang yang dihitung : 10 kotak<br />
Jumlah spermatozoa yang didapat : 162 & 170<br />
Rata-rata jumlah spermatozoa : 166<br />
Lihat faktor pada tabel pengenceran : 2<br />
Jadi konsentrasi spermatozoa : 166 : 2<br />
Konsentrasi spermatozoa : 83 106/mL<br />
• Untuk menghitung jumlah, lakukan perhitungan konsentrasi sperma X volume ejakulat. Contoh :<br />
Konsentrasi sperma = 83 106/mL<br />
Volume ejakulat = 5.0 ml<br />
Jumlah = 83 X 5.0 = 415 106/ejakulat<br />
D. VITALITAS ( VIABILITAS )<br />
Pemeriksaan vitalitas/viabilitas dilakukan jika jumlah spermatozoa yang tidak bergerak (tidak motil) > 50%<br />
Nilai normal : Vitalitas : > 75%<br />
Cara Kerja (Sediaan basah) :<br />
• Campur sampel supaya homogen<br />
• Ambil 1 tetes sampel + 1 tetes Eosin 0,5%, aduk rata diatas obyek glass<br />
• Tutup dengan kaca penutup dan biarkan selama 30 detik<br />
• Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 400X, hitung dalam 200 spermatozoa, kecuali jika jumlah spermatozoa sangat sedikit maka dapat dihitung dalam 100 spermatozoa/hitung sperma dalam seluruh lapang pandang.<br />
• Bedakan sperma yang hidup (tidak berwarna) dengan spermatozoa yang mati (merah/oranye)<br />
Interpretasi Hasil<br />
• Sperma hidup : kepala spermatozoa tidak berwarna / putih<br />
• Sperma mati : kepala spermatozoa berwarna merah / oranye<br />
Cara Pelaporan : Tulis prosentasi spermatozoa yang hidup (tidak berwarna). Contoh :<br />
• Jumlah spermatozoa yang hidup = 115 buah<br />
• Total prosentasi = 115 x 100% = 57,5%<br />
200<br />
• Vitalitas/Viabilitas : 57,5%<br />
Validasi Hasil :<br />
Vitalitas/viabilitas harus ≥ A + B + C . Contoh: A = 5%; B = 20%; C = 20%; D = 55%. Jadi Vitalitas/viabilitas minimal jumlahnya tidak boleh kurang dari A + B + C = 45%<br />
<br />
E. MORFOLOGI<br />
Nilai Normal : > 30%<br />
Cara Kerja : <br />
• Campur sampel supaya homogen<br />
• Buat apusan sampel di atas obyek glass yang benar-benar bersih dan keringkan di udara (Pembuatan apusan dapat dilakukan bersamaan pada saat meneteskan sample untuk hitung motilitas).<br />
• Buat 2 preparat (untuk duplo ), dengan ketentuan :<br />
Jika konsentrasi (jumlah) sperma > 20 juta /mL, volume yang dipakai untuk membuat preparat : 5 uL<br />
Jika konsentrasi (jumlah) sperma < 20 juta /mL, * volume yang dipakai untuk membuat preparat : 10-20 uL
• Sediaan yang sudah kering, fixasi dengan metanol p.a
• Warnai preparat dengan pewarna Giemsa (pengenceran 1 Giemsa : 9 Aquabidest) selama 15-20 menit. (Keterangan: Modifikasi prosedur dapat dilakukan apabila menggunakan No Katalog/No Lot Reagen yang berbeda dengan melakukan pemantauan /evaluasi terhadap hasil preparat).
• Cuci dengan aquabidest, keringkan diudara
• Baca dengan pembesaran 1000X
• Hitung dalam 200 spermatozoa, kecuali jika jumlah spermatozoa sangat sedikit maka dapat dihitung dalam 100 spermatozoa/ hitung sperma dalam seluruh lapang pandang.
• Laporkan morfologi sperma dalam prosentasi.
Validasi Hasil:
Untuk memvalidasi hasil pemeriksaan analisa sperma, hal-hal yang dapat dilakukan adalah :
• Kekentalan sperma berkorelasi dengan motilitas. Contoh: apabila hasil motilitas sperma untuk A dan B tinggi, maka pada makroskopis sperma tidak mungkin sangat kental atau parameter pH menjadi abnormal.
• Bila dalam pemeriksaan Morfologi Sperma ditemukan jumlah Sperma Normal > 30%, ulangi pemeriksaan morfologi untuk memastikan tidak adanya kategori Sperma Abnormal yang dimasukkan/dihitung sebagai kategori Sperma Normal, contoh : bentuk Piri/Lepto dibaca sebagai bentuk<br />
• Normal. Jika ditemukan morfologi sperma yang meragukan/antara Normal dan Abnormal, laporkan sebagai sperma Abnormal.<br />
• Hasil motilitas sangat berkorelasi dengan hasil morfologi sperma, contoh: bila motilitas sperma A+B < 50%, maka tidak mungkin hasil morfologi sperma Normal > 30%.<br />
• Perhitungan vitalitas/viabilitas berkorelasi dengan jumlah motilitas, contoh: untuk hasil motilitas A= 5%, B= 10%, C= 25%, dan D= 60% maka hasil vitalitas/viabilitas tidak boleh kurang dari 40%.<br />
Interpretasi Hasil<br />
Morfologi (Lihat pada Lampiran)<br />
• Normal : kepala, leher dan ekor memiliki bentuk dan ukuran normal (bentuk lengkap & ukuran normal)<br />
• Abnormal : adanya kelainan pada :<br />
Bentuk kepala, meliputi : Kepala : besar, kecil, bentuk lisong/taper, bola lampu/round, kepala kembar atau bentuk kombinasi, terato (amorf), pin<br />
Bentuk leher/bagian tengah, meliputi : Leher dan ekor membentuk sudut lebih besar dari 90º, ketidaksimetrisan dari bagian tengah sampai kepala, bag.tengah tipis, bagian tengah membengkak / irreguler/ bengkok, atau kombinasi dari semuanya.<br />
Kelainan ekor, meliputi : Ekor pendek, ganda, seperti tusuk rambut, patah, tergulung, lebar tak teratur<br />
Sisa sitoplasma lebih besar dari 1/3 daerah kepala normal<br />
Cara Pelaporan :<br />
Tulis prosentasi dari bentuk morfologi spermatozoa Normal dan Abnormal yang dilihat dibawah mikroskop (Lihat HPsL terlampir). Contoh untuk pembacaan sediaan dalam 200 spermatozoa, hasil morfologi :<br />
• Normal : 30 sperma 30 /200 X 100% = 15%<br />
• Abnormal : 170 sperma 170 /200 X 100% = 85%<br />
Catatan :<br />
• Jumlah morfologi Normal dan Abnormal harus 100%<br />
• Untuk gambar morfologi dapat dilihat pada buku Sperma dari WHO atau CD sperma<br />
• Morfologi spermatozoa Abnormal cukup ditulis pada LKJ atau dapat dimasukkan ke dalam hasil apabila diperlukan/ada permintaan dari dokter, contoh :<br />
Piri : 60 60 /200 X 100% = 30%<br />
Lepto : 36 36 /200 X 100% = 18%<br />
Terato : 26 26 /200 X 100% = 13%<br />
Macro : 30 30 /200 X 100% = 15%<br />
Micro : 10 10 /200 X 100% = 5 %<br />
Double : 4 4 /200 X 100% = 2 %<br />
Tail defect : 4 4 /200 X 100% = 2 %<br />
Midpicedefect : 0 0 %<br />
Cytoplasmicdroplet : 0 0 %<br />
Total : 85 %<br />
Keterangan:<br />
• Piri adalah spermatozoa yang mempunyai kepala yang memberi gambarann “tetesan air mata” dengan ujung yang menitik pada midpiece/berbentuk buah pear.<br />
• Lepto adalah kepala kurus, lebar1/2 dari normal, akrosom tak jelas, memberi gambaran cerutu<br />
• Terato adalah bentuk kepala yang ganjil, permukaan tak rata misalnya seperti gitar, kacang tanah dan lain-lain, tidak jelas batas akrosom<br />
• Macro adalah kepala spermatozoa yang berbentuk oval tetapi ukurannya 25% lebih besar dari kepala normal<br />
• Micro adalah kepala spermatozoa yang berbentuk oval tetapi ukurannya 25% lebih kecil dari kepala normal<br />
• Double adalah spermatozoa yang mempunyai kepala lebih dari satu<br />
• Tail defect adalah spermatozoa yang mempunyai ekor pendek (< dari 9x panjang kepala), ekor bentuk spiral/koil, atau ekor ganda
• Midpicedefect adalah spermatozoa dengan midpiece gemuk (> dari ½ lebar kepala), panjangnya < dari 2 kali panjang kepala dan tidak satu garis dengan sumbu panjang kepala<br />
• Cytoplasmicdroplet adanya tetesan sitoplasma yang menempel pada kepala atau midpiece<br />
F. LEUKOSIT<br />
Sperma biasanya juga berisi sel-sel bukan spermatozoa seperti leukosit.<br />
Nilai Normal : < 1 x 106/mL<br />
Cara Kerja :<br />
• Dilakukan bersamaan pada saat pembacaan morfologi sperma.<br />
• Hitung leukosit dalam juta/mL, dengan rumus :<br />
Jumlah lekosit = N X S<br />
200<br />
N = jumlah leukosit dalam 200 spermatozoa<br />
S = konsentrasi sperma dalam 106/mL<br />
200 = sesuai dengan jumlah spermatozoa yang dibaca pada saat menghitung leukosit, contoh: 200 sperma<br />
Cara Pelaporan : Sebutkan jumlah leukosit dalam 106/mL. Contoh : Untuk menghitung jumlah leukosit dalam 106/mL<br />
• N = 3 sel leukosit dalam 200 spermatozoa<br />
• S = 45 x 106/mL<br />
• Jumlah leukosit = 3 X 45 X 106 / mL<br />
200<br />
• Leukosit = 0,7 x 106/mL<br />
Keterangan: Bila ditemukan spermatozoa sangat sedikit, hitung leukosit dapat dilakukan minimal dalam 100 spermatozoa/hitung sperma dalam seluruh lapang pandang.<br />
PERFORMANCE REAGEN: -<br />
INTERFERENSI :<br />
Volume sample berkurang karena tumpah, cara pengambilan yang salah<br />
Stabilitas sample<br />
Kualitas sample berhubungan abstinentia/lamanya puasa<br />
Kebersihan ruang kerja<br />
Pembacaan sebelum liquefaksi sempurna<br />
Kontaminasi sample<br />
Homogenisasi sample<br />
Jenis penampungan/wadah sample<br />
Kualitas dan proses pewarnaan<br />
Kualitas mikroskop<br />
Kompetensi Analis<br />
<br />
TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PERINGATAN : -<br />
FAKTOR KONVERSI : -<br />
<br />
NILAI RUJUKAN : Lihat pada masing-masing parameter<br />
<br />
INTERPRETASI HASIL :<br />
Penilaian berdasarkan 3 parameter yaitu motilitas, konsentrasi (jumlah), dan morfologi spermatozoa<br />
Normozoospermia : Motilitas, konsentrasi, dan marfologi spermatozoa dengan hasil normal.<br />
Oligozoospermia : Konsentrasi spermatozoa < 20 juta/mL<br />
Asthenozoospermia : Motilitas A dan B < 50% dan atau motilitas A < 25%<br />
Teratozoospermia : Morfologi sperma normal < 30%<br />
Oligoasthenoteratozoospermia : Ditemukan kelainan pada ketiga variabel zoospermia, yaitu konsentrasi, motilitas dan morfologi (kombinasi yang terdiri dari 2 kelainan, hanya 2 awalan dapat dipakai), seperti :<br />
• Oligoasthenozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan motilitas<br />
• Oligoteratozoospermia : kelainan dari konsentrasi dan morfologi<br />
• Asthenoteratozoospermia : kelainan dari motilitas dan morfologi<br />
Azoospermia : Tidak ada spermatozoa dalam ejakulat<br />
Cryptozoospermia : Jika ada spermatozoa yang tersembunyi<br />
Nekrozoospermia : Jika spermatozoa 100% mati, diam tidak bergerak (None 100% dengan Vitalitas/Viabilitas 0%)wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-37570562367990704782011-06-14T21:36:00.000-07:002011-06-14T21:36:24.339-07:00blog tutorialDaftar Blog di blogger<br />
<br />
1. Silahkan kunjungi situs http://www.blogger.com<br />
2. Setelah halaman pendaftaran terbuka, alihkan perhatian ke sebelah kanan atas, ubah bahasa ke Indonesia agar lebih mudah dipahami. Silahkan langsung login dengan menggunakan username serta password gmail anda ( akun email anda bisa untuk login ke blogger).<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpb-cfksTV38PosTXk5TUPxAjM9AwqK5fkR7hB7EW6ssqkNRayP_3SsHnOXZOkLeMA3ghr1j_ZVNYOSk12obD0stRb7yZWuZ7S61_BotFMoGZwkScTu83IV9tYLHeCv6HJfPbqaoPlt4v5/s1600/blog.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="197" width="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpb-cfksTV38PosTXk5TUPxAjM9AwqK5fkR7hB7EW6ssqkNRayP_3SsHnOXZOkLeMA3ghr1j_ZVNYOSk12obD0stRb7yZWuZ7S61_BotFMoGZwkScTu83IV9tYLHeCv6HJfPbqaoPlt4v5/s320/blog.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
<br />
3. Klik tombol bertuliskan CIPTAKAN BLOG ANDA.<br />
<br />
4. Isilah nama judul blog serta alamat blog yang di inginkan. Ingat! dalam membuat alamat blog harus benar-benar serius karena itu permanen tidak dapat digantikan lagi (kecuali nanti ganti dengan custom domain). Jika alamat yang diinginkan ternyata tidak bisa digunakan, masukkan kembali alamat lain yang masih tersedia. Jika alamat blog yang diinginkan masih tersedia, silahkan klik anak panah bertuliskan LANJUTKAN.<br />
<br />
5. Silahkan pilih template yang anda sukai ( template ini nanti bisa diubah lagi kapan saja anda mau), kemudian klik LANJUTKAN.<br />
<br />
6. Akan ada tulisan “Blog Anda Sudah Jadi!”. Silahkan lanjutkan dengan klik tombol MULAI BLOGGING.<br />
<br />
7. Setelah masuk post editor, silahkan isi apa saja ( disarankan untuk langsung mengisi posting, biasanya jika tidak langsung posting akan terjaring robot anti spam milik blogger, dan blog anda akan di lock). Contoh : hello world. Klik Tombol PRATINJAU untuk melihat tampilan yang nanti akan muncul di blog, klik tombol TERBITKAN ENTRI jika posting anda mau dipublikasikan ke publik.<br />
<br />
8. Klik “Lihat Entri” untuk melihat blog anda. Berikut contoh tampilan blog yang tadi di buat.<br />
<br />
9. Selesai.<br />
Untuk tahap awal, blog anda sudah jadi dan bisa diakses dimana saja. Untuk pembahasan lebih dalam tentang bagaimana blogging dengan blogger, akan di bahas pada posting berikutnya.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-4894356639707456602011-06-14T18:30:00.001-07:002011-06-14T18:30:26.469-07:00INFEKSI SALURAN KEMIH(ISK)INFEKSI SALURAN KEMIH(ISK)<br />
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK.<br />
Jenis Infeksi Saluran Kemih yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.<br />
Pembagian ISK<br />
Berdasar anatomi:<br />
A•Bawah : uritritis, sistitis (infeksi superfisialis vesika urinaria), prostatitis<br />
B.Atas : pielonefritis (proses inflamasi parenkim ginjal), abses ginjal<br />
Berdasar Klinis:<br />
A.Tanpa komplikasi : sistitis pada wanita hamil kelainan neurologis atau struktural yang mendasarinya<br />
B.Dengan Komplikasi : infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK <br />
pada laki-laki, atau perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau struktural yang mendasarinya<br />
Pemeriksaan Mikrobilogis<br />
a• ISK tanpa kompliksi : E. Coli (80%), proteus, klebsiella, enterokokus<br />
b • ISK dengan komplikasi : E. Coli (30%) enterokokus (20%), pseudononas (20%), S. Epidermidis (15%), batang gram negatif lainya.<br />
c • ISK yang berhubungan dengan kateter : jamur (30%), E . coli (25%), batang gram negatif lainya, enerokokus, S.epidermis<br />
d • Uritritis : chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae<br />
<br />
Manifestasi klinis<br />
a• Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine, nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.<br />
b • Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge uretra<br />
c • prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont: hestansi, aliran lemah).<br />
d • Pielonefrritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, <br />
e• Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam menetap meskipun di obati dengan antibiotik.<br />
<br />
Pemeriksaan Diagnostik<br />
a • Urinalisis : piuria + bakteriuria ± hematuria<br />
Hitung bakteri bermakna:≥105 unit koloni/ml pada perempuan yang asimtomatik ≥103 unit koloni/ml pada laki-laki ≥102 unit koloni/ml pada pasien simtomatik atau dengan karakter piuria steril →uretritis , tuberkulosis ginjal, benda asing.<br />
b • Kultur dan pewarnaan gram urine ( dari urine porsi tengah atau spesimen lansung dari katater)<br />
c • Pada perempuan hamil dan pasien yang menjalani pembedahan urologi lakukan skrining terhadap bakteriuria asimtomatik<br />
d• Kultur darah : pertimbangkan pada ISK dengan komplikasi<br />
e • Deteksi DNA atau kultur terhadap C. Trachomatis, N.gonorrhoeae pada pasien yang kegiatan seksualnya aktif atau pada piuria steril<br />
f • Spesimen urine porsi pertama dan porsi tengah, pemijatan prostat, dan spesimen urine<br />
<br />
Pasca pijatan prostat pada kasus-kasus kecurigaan prostatitis<br />
* • CT scan abdomen untuk menyingkirkan abses pada pasien pielonefritis yang demamnya tidak turun setelah 72 jam<br />
* • Tindakan diagnostik urologi (USG ginjal, CT abdomen, sistografi berkemih) jiks ISK berulang pada laki-laki<br />
Penatalaksanaan ISK<br />
Skenario klinis Pedoman pelaksanaan empiris sistisis <br />
TMP-SMX atau FQ PO selama 3 hari (tanpa komplikasi) atau selama 10-14 hari (komplikasi)<br />
<br />
Bakteriuria asimtomatik pada perempuah hamil atau pernah mengalami<br />
pembedahan urologi sebelumnya → antibiotik selama 3 hari ,<br />
Uretritis Tangani untuk Neisseria dan ChlaMydia<br />
Neisseria; seftriakson 125 mg IM x 1 atau ofloksasin 400 mg PO x 1<br />
Chlamydia; doksisiklin 100 mg PO x 7 d atau aztromisin 1 g PO x 1<br />
Prostatitis TMP-SMX atau FQ PO x 14 – 28 hari (akut) atau 6-12 minggu (kronis)<br />
Pielonefritis Pasien rawat jalan; FQ atau amoksilin/klavulanat atau sefalosporin<br />
generasi I PO selama 14 hari<br />
Pasien rawat inap; [ampisilin IV + gentamisin] atau<br />
ampisilin/sulbaktam atau FQ selama 14 hari<br />
(perubahan IV menjadi PO apabila pasien secara klinis membaik dan tidak<br />
demam selama 24-48 jam dan kemudian diselesaikan dengan<br />
pemberian selama 14 hari)<br />
Abses ginjal Drainase + antibiotik seperti pada pielonefritis<br />
apabila memungkinkan, terapi langsung ditunjukan pada organisme, dapat digunakanpanduan suseptibilitas in vitro dan pola resistensi obat setempatwawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-51269661299045204192011-06-14T18:14:00.000-07:002011-06-14T18:36:46.714-07:00Intel Atom Dual-Core n550Intel Atom Dual-Core n550<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxu51YS74ywk58qBDmokUPdq2XVvw6Ixk4wFv2-7DHE2HKJvoJDYCPAnvfuRoIA_I2Ctv4dRQeGTCvcb-pRcPPSbUXcJMLyh0qvrzeT3vf7M9h91uoUnt6kHLp5BPJxAvu0_uJY2bcTNLZ/s1600/thumbnail.aspx.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="149" width="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxu51YS74ywk58qBDmokUPdq2XVvw6Ixk4wFv2-7DHE2HKJvoJDYCPAnvfuRoIA_I2Ctv4dRQeGTCvcb-pRcPPSbUXcJMLyh0qvrzeT3vf7M9h91uoUnt6kHLp5BPJxAvu0_uJY2bcTNLZ/s320/thumbnail.aspx.jpg" /></a></div><br />
<br />
acer Indonesia meluncurkan netbook aspire one terbarunya,aspire one D 255,yang menawarkan teknologi baru.Intel atom n550,prosessor dual-core.Netbook ini menawarkan performa lebih baik dengan penggunaan teknologi prossesor yang lebih cepat dan pengaksesan informasi tiada batas<br />
aspire One D 255 adalah netbook pertama yang menggunakan Dual-core atom.Dikembangkan khususmenggunakan desain baru yang ramping dan dilengkapi dengan pilihan warna yang tepat untuk mobilitas modern<br />
teknologi terbaru yang dibenamkan pada aspire one D255 memungkinkan tingkat dukungan bagi pengguna untuk aplikasi seperti game dan teknologi adobe flash untuk mengakses halaman web dan multimedia.selain itu dengan adanya intel atom N 550 dual-core prossesor ,teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mengakses HD video streaming yang lebih cepat dan daya baterai lebih lama.<br />
Ada lima pilihan warna yaitu:Aquamarine Blue,Red Ruby,Sea Shell White ,Sandrome Brown,dan Diamond black.dijelaskan jga selain memiliki performa Intel Atom N 550 Dual core processor,Aspire one D255 yang memiliki ukuran lebih tipis dari satu inci tersebut,menawarkan system operasi dual loads,yaitu dengan Windows 7 Starter dan Android intantOn.sistem oprasi android menawarkan opsi akses internet dan konektivitas yang lebih nyaman bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi <br />
Untuk windows 7 starter dan android InstanOn dikenakan harga Rp 3.500.000,sedangkan untuk linux dikekenakan harga Rp 3000.000,”<br />
Pada mei 2010 update dri intel atom dual –core n550 I,5GHz processor.,dengan 1MB DDR3 Memori supportwawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-75794810565357273542011-06-10T08:08:00.001-07:002011-06-10T08:08:44.100-07:00Pembuluh Darah Vena dalam tubuhA.Pengertian Pembuluh Darah Vena<br />
<br />
Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri, yang membawa darah dari alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Bentuk dan sususnannya hampir sama dengan arteri. Katup pada vena yang terdapat di sepanjang pembuluh darah berfungsi untuk mencegah darah tidak kembali lagi ke sel atau jaringan. Vena yang terbesar adalah vena pulmonalis, vena mempunyai cabang yaitu venolus yang yang selanjutnya menjadi kapiler.<br />
<br />
B.Vena yang masuk ke jantung<br />
<br />
a.Vena Kava Superior, merupakan vena besar yang menerima darah dari bagian atas leher dan kepala yang di bentuk oleh persatuan dua vena brakhiosefalika yang masuk ke dalam. atvium dektra. Vena azigos bersatu pada permukaan posterior vena kava superior sebelum masuk ke pericardium.<br />
<br />
b.Vena kava inferior, menerima darah dari alat-alat tubuh bagian bawah, menembus sentrum tendineum setinggi vertebrae thorakalis, dan masuk ke bagian terbawah atrium dekstra.<br />
<br />
c.Vena Pulmonalis. Dua vena pulmonalis yang meninggalkan paru-paru membawa darah teroksigenasi (banyak mengandung oksigen) dan masuk ke atrium sinistra.<br />
<br />
C.Vena yang bermuara pada vena kava superior<br />
<br />
Vena yang berawal tepat di belakang angulus mandibulare dan menyatu dengan vena aurikularis posterior lalu turun melintasi m.sternoklaido mastoideus tepat di atas clavikula dan menembuh fasia servikalis profunda dan mencurahkan isinya ke vena sublavia. Cabang-cabangnya yaitu : vena aurikularis posterior, vena retromandibularis menerima darah dating dari mandibularis, vena jugularis eksterna posterior yang mengurus bagian kulit kepala dan leher bergabung dengan vena jugularis eksterna, vena supraskapularis menerima darah dari otot bahu bagian atas, dan vena jugularis anterior, berawal tepat di bawah dagu, menyatu turun ke leher diatas insisura jugularis, berjalan ke bawah m.sternoklaidomastoideus dan mencurahkan isisnya ke vega jugularis eksterna.<br />
<br />
a.Vena kulit kepala<br />
<br />
•Vena trokhlearis dan vena supraorbitalis, menyatu pada tepi medial orbita membentuk vena fasialis<br />
<br />
•Vena temporalis supervisalis, bercabang dengan vena maskilaris dalam substansi glandula parotis membentuk vena retromandibularis<br />
<br />
•Vena aurikularis posterior, bergabung vena retromandibularis dibawah grandula parotis membentuk vena jugularis eksterna.<br />
<br />
•Vena oksipitalis, bermusara ke dalam pleksus venosus suboksipitalis dan mencurahkan isinya ke dalam vena vertebralis, vena oksipitalis dan vena jugularis interna.<br />
<br />
Vena kulit kepala bebas beranastomosis dengan sinus vena-vena intracranial.<br />
<br />
b.Vena wajah<br />
<br />
•Vena fasialis, terbentuk pada sudut medial mata, menyatu dengan vena supraorbitalis dan vena supratroklearis, dan berhubungan dengan vena oftalmika superior melalui vena supraorbitalis dengan perantara vena oflatmika superior, vena fasialis di hubungkan dengna sinus kavernosus. Vena ini menyilang di atas glandula submandibular dan bermuara ke dalam vena jugularis.<br />
<br />
•Vena profunda fasialis bergabung dengan sinus kavernosus melalui vena oftalmika superior.<br />
<br />
•Vena transversa fasialis bergabung dengan vena temporalis superfisialis di dalam glandula parotis<br />
<br />
c.Vena pterigoideus merupakan jalinan vena yang mengelilingi m.pterigoideus menampung vena-vena sesuai dengan cabang-cabang maksilaris yang bermuara kedalam vena maksilaris, vena fasilaris, vena lingualis, dan vena oftalmika superior<br />
<br />
•Vena maksilaris bergabung vengan vena fasialis melalui vena fasialis profunda, bergabung dengan vena temporalis superfisialis membentuk vena retro mandibularis.<br />
<br />
•Vena fasualis, meninggalkan wajah, menyilang margo inferior korpus mandibularis, bergabung dengan retromandibularis, dan bermuara ke dalam vena jugularis interna.<br />
<br />
•Vena lingualis, bergabung dengan vena profunda linguae membentuk vena komitans dan bermuara pada vena jugularis interna<br />
<br />
•Vena oftalmika superior berhubungan dengan vena fasialis, vena oftalmika inferior bergabung melalui visura orbitalis inferior dan bermuara ke dalam sinus kavernosus.<br />
<br />
d.Vena tonsil dan palatum. Vena palatine eksterna turun dari palatum mole bergabung dengan pleksus venosus varingeus menembus m. konstiktor faringeus superior bergabung dengan v. palatine, v. faring dan v. fasialis. Vena ini bermuara ke pleksus venosus faringeus dan bermuara ke jugularis interna.<br />
<br />
e.Vena pada punggung. Vena pada punggung memberikan darah dari struktur punggung membentuk pleksus majemuk yang tersebar sepanjang kolumna vertebralis dari cranium sampai ke koksigis.<br />
<br />
•Pleksus venosus vertebralis eksternus terletak diluar kolumna vertebralis dan mengelilinginya.<br />
<br />
•Pleksus venosus vertebralis internus terletak didalam kanalis vertebralis. Kedua pleksus ini saling berhubungan dengan vena-vena leher, toraks, dan pelvis. Pada bagian atas berhubungan dengan sinus oksipitalis dan basilaris dalam kavum kranii. Pleksus internus bermuara pada vena intervertebralis, interkostalis, lumbalis dan sakralis<br />
<br />
D.Vena yang bermuara ke vena kava interna<br />
a.Vena torasika interna, bersatu membentuk pembuluh darah tunggal dan mengalirkan darah ke vena brakhiosefalika<br />
b.Vena dinding anterior dan lateral abdomen. Darah vena dikumpulkan ke jalinan vena-vena dari umbilicus dan dailirkan ke vena aksilaris melalui vena torakalis lateralis dank e bawah vena femoralis melalui vena epigastrika superfisialis.<br />
<br />
•Vena safena magna menghubungkan jalinan vena melalui umbilicus sepanjang ligamentum terres hepatis ke vena porta dan membentuk anastomosis vena porta dengan vena sistemik yang penting.<br />
<br />
•Vena epigastrika superior, vena epigastrika inferior, dan vena sirkum fleksa ileum profundus mengalirkan darah ke vena iliaka eksterna.<br />
<br />
•Vena interkostalis posterior mengalirkan darah ke vena azigos dan lumbalis mengalirkan darah ke vena kafa inferior.<br />
<br />
c.Vena lambung. Vena yang mengalirkan darah ke sirkulasi portal vena gastric sinistra dan vena gastrika dekstra langsung ke vena porta. Vena gastroepiploika sinistra lalu bermuara ke vena lienalis dan vena gastroepiploika dekstra bermuara ke vena mesenterika superior.<br />
<br />
d.Vena dinding posterior abdomen. Vena kava inferior mengalirkan sebagian besar darah dari tubuh di bawah diafragma ke atrium kanan jantung. Dibentuk oleh persatuan vena iliaka kommunis dan berjalan ke atas sisi kanan aorta menembus sentrum tendinium diafragma setinggi vertebrae torasika ke-8, memasukan darahnya ke atrium kanan jantung, dan menerima cabang dari vena mesenterika inferior, vena lienalis, vena mesentrika superior, dan vena porta.<br />
<br />
•Vena mesentrika inferior merupakan cabang dari sirkulasi portal mulai pertengahan anus vena rektalis superior berjalan ke atas anus bersatu dengan vena lienalis di belakang pancreas, menerima cabang sesuai dengan cabang arterinya.<br />
<br />
•Vena lienalis : cabang dari sirkulasi portal mulai dari hilus limpa oleh persatuan vena gastrika dan vena gastroepiploika berjalan ke kanan dalam ligamentum lienorenalis berjalan ke belakang pancreas bersatu dengan vena mesentrikan superior untuk membentuk vena porta, vena mesenterika inferior dan vena dari pancreas bermuara pada vena lienalis.<br />
<br />
•Vena mesentrika superior merupakan cabang dari sirkulasi portal, mulai dari perbatasan ileosekalisberjalan ke atas dinding posterior abdomen dan dalam pangkal mesenterium usus halus bersatu dengan vena lienalis untuk membentuk vena porta.<br />
<br />
•Vena porta merupakan vena yang penting, panjangnya 5 cm, di bentuk di belakang pancreas oleh persatuan vena mesenterika superior dan vena lienalis.vena porta berjalan ke atas dan kanan duodenum dan masuk ke omentum minus. Sirkulasi portal mulai sebagai pleksus kapiler dalam organ yang merupakan tempat darah dialirkan ke luar berakhir dengan pengosongan darahnya ke dalam siunusoid dalam hati. Vena porta mengalirkan darah dari pencernaan bagian bawah esophagus sampai pertengahan atas anus, dari pancreas, kandung empedu, duktus koledukus, dan limpa.<br />
<br />
e.Anastomosis portal sistemik. Dalam keadaan normal, vena porta melewati hati dan masuk ke vena kava inferior. Sirkulasi portal merupakan sirkulasi sistemik melewati vena hepatica, hubungan lain apabila jalan langsung terhambat.<br />
<br />
E.Anastomosis portal sistemik<br />
<br />
1.Sepertiga bawah esophagus. Ramus esofagea dari vena gastrika sinistra (cabang vena porta) beranastomosis dengan vena esofagea mengalir ke vena azigos.<br />
<br />
2.Pertengahan atas anus vena rektalis superior (cabang vena porta), mengalirkan darah dari setengah atas anus beranastomosis dengan vena rektalis media dan inferior merupakan cabang dari vena iliaka interna dan vena pudenda.<br />
<br />
3.Vena paraumbilikus, menghubungkan cabang kiri vena porta dengan vena superfisialdi dinding anterior abdomen, berjalan dalam ligamentumfalsiformi dan ligamentum terres hepatis.<br />
<br />
4.Vena-vena kolon asendens, desendens, duodenum, pancreas, dan hati (cabang vena porta), beranastomosis dengan vena renalis, vena lumbalis dan vena frenika.<br />
<br />
5.Vena ovarika, berasal dari ovarium setinggi vertebra lumbalis ke-1 dan mengalirkan darah ke vena kava inferior<br />
<br />
F.Vena dinding pelvis<br />
<br />
a.V. Iliaka eksterna, mulai dari belakang ligamentum inguinal sebagai lanjutan v. Femorlis, berjalan sepanjang sisi media a. Femoralis bersatu dengan v. Iliaka interna untuk membentuk v. Iliaka kommunis menerima darah dari v. Epigastrika inverior dan v. Sirkumfleksa ilium profundus.<br />
<br />
b.V. Iliaka interna, terbentuk dari penggabungan cabang-cabang a. Iliaka interna, v. Vaginalis, dan v.udenda interna yang berjalan ke atas bersatu dengan v. Iliaka eksterna membentuk v. Iliaka kommunis.<br />
<br />
c.V. Sakralis media bermuara pada v. Iliaka kommunis sinistra.<br />
<br />
G.Vena anggota gerak atas<br />
<br />
a.Jalinan v. Superfisialis ditemukan pada dorsum manus, jalinan vena ini mengalir ke atas, dilateral masuk ke v.sefalika dan bagian medial masuk ke v. Basilika, dan memutar menuju permukaan anterior lengan bawah. Vena ini berjalan ke atas menuju lengan atas.<br />
<br />
b.V. Sefalika, berakhir dengan menembus fasia profunda pada trigonum deltoidpektorale dan bermuara pada v.aksilaris.<br />
<br />
c.V. Basilika, dari dorsum manus sisi medial lengan bawah menembus fasia profunda, sekitar pertengahan lengan atas bercabang v.kubitis medialis yang menghubungkan v. Basilika dengan v. Sefalika pada fossa kubiti yang bermuara ke v. Aksilaris.<br />
<br />
H.Vena anggota gerak bawah<br />
<br />
a.V. Superfisialis tungkai bawah adalah v. Safena magna dan v. Parva yang berjalan ke atas dengan cabangnya.<br />
<br />
b.V. Safena magna mengangkut darah dari ujung medial arkus venosus dorsalis pedis berjalan naik di depan maleolus medialis berjalan ke belakang lutut melalui sisi medial paha pada fasia profunda bergabung dengan v. Femoralis, berhubungan dengan v. Safena parva berjalan ke belakang lutut. V. Perforans menghubungkan v. Safena magna dengan v. Profunda sepanjang sisi medial betis. Pada hiatus safenus di fasia profunda, v. Safena magna mempunyai cabang tiga, yaitu:<br />
<br />
1.V. Sirkumfleksa ilium superfisialis,<br />
2.V. Epigastrika superfisialis, dan<br />
3.V. Pudenda interna superfisialis<br />
c.V. Aksesoria bergabung dengan vena utama dan pada pertengahan paha bermuara pada v. Safena.<br />
d.V. Safena parva. Vena ini banyak memiliki katup, timbul dari bagian lateral arkus venosus dorsalis pedis, naik ke belakang maleolus lateralis, menembus fasia profunda, berjalan di antara m. Gastroknemius bagian bawah fossa poplitea, dan berakhir dalam v.poplitea. vena ini memiliki cabang-cabang, yaitu:<br />
<br />
1.V. Kommunikantes dengan profunda pedis dan<br />
<br />
2.Cabang- cabang anastomotik yang bergabung dengan v.safena magna.<br />
<br />
e.V. Poplitea dibentuk oleh penyatuan vena kommunikantes dari a.tibialis anterior dan posterior pada batas bawah m. Popliteus yang terletak pada sisi lateral dan berjalan melalui lubang m.adduktor magnus menjadi v. Femoralis.<br />
<br />
f.V. Femoralis merupakan lanjutan dari vena poplitea menaiki paha pada sisi lateral, berakhir pada sisi medial dan meninggalkan paha berjalan ke belakang ligamentum inguinal menjadi v. Iliaka eksterna. <br />
<br />
Vena ini memiliki cabang-cabang,yaitu:<br />
1.V. Safena magna,<br />
2.V. Sirkumfleksa, dan<br />
3.V. Pudenda eksterna.<br />
<br />
g.V. Obturatoria menampung cabang-cabang dari a. Agturatoria dan mencurahkan isinya ke dalam v. Iliaka interna.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-70655746609064484332011-06-10T07:43:00.000-07:002011-06-10T07:43:47.458-07:00Komplikasi FlebotomiKomplikasi Flebotomi<br />
Komplikasi berkenaan dengan tindakan Flebotomi<br />
1. Syncope<br />
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannyabeberapa saat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanandarah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat,pengelihatan kabur/ gelap, bahkan bisa sampai muntah.Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibatpasien puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karenakurang ³ percaya diri ³ Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan<br />
<br />
penjelasan kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah danprosedur yang akan dialaminya.Penampilan dan prilaku seorang Flebotomis juga bisamempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/ was-wasketika proses pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itupenampilan dan prilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupasehingga tampak berkompetensi dan Fropesional<br />
C <br />
ara mengatasi <br />
a. Hentikan pengambilan darahb. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satusisic. Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )d. Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggange. Minta pasien menarik nafas panjangf. Hubungi dokter g. Pasien yang tidak sempat dibaringkan , diminta menundukankepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang<br />
C <br />
ara<br />
P <br />
encegahan<br />
a. Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkanb. Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaringpada waktu pengambilan darahc. Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan<br />
<br />
2<br />
. Rasa Nyeri<br />
Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukanpenanganan khusus. Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum keringatau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat<br />
C <br />
ara pencegahan<br />
a. Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongeringsebelum pengambilan darah dilakukan.b. Penarikan jarum tidak terlalu kuatc. Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (memberi contoh )<br />
3<br />
. Hematoma<br />
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknyapembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilandarah :a. Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding venab. Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum beradadiluar venac. Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekanatau kurang lama ditekand. Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet ( tourniket)belum dikendurkane. Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.<br />
<br />
C <br />
ara mengatasi <br />
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulitdisekitar tempat penusukan jarum segera 1. Lepaskan turniket dan jarum2. Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa 3. Angkat lenganpasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit)<br />
4<br />
. Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri<br />
4<br />
. Pendarahan<br />
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilandarah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang resikonya.Pendarahan yang berlebihan ( atau sukar berhenti ) terjadi karmaterganggunya system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :a. Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehinggamenghambat pembekuan darah.b. Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia,defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia )c. Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukanprotrombin, fibrinogen terganggu )<br />
<br />
C <br />
ara mengatasi <br />
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulitdisekitar tempat penusukan jarum segera 1. Lepaskan turniket dan jarum2. Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa 3. Angkat lenganpasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit)<br />
4<br />
. Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri<br />
4<br />
. Pendarahan<br />
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilandarah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang resikonya.Pendarahan yang berlebihan ( atau sukar berhenti ) terjadi karmaterganggunya system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :a. Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehinggamenghambat pembekuan darah.b. Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia,defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia )c. Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukanprotrombin, fibrinogen terganggu )<br />
C <br />
ara mengatasi:<br />
a. Tekan tempat pendarahan<br />
<br />
b. Panggil perawat/dokter untuk penanganan selanjutnya<br />
<br />
Cara pencegahana. Perlu anamnesis ( wawancara) yang cermat denga pasien<br />
<br />
b. Setelah pengambilan darah, penekanan tempat penusukan jarumperlu ditekan lebih lama<br />
5<br />
. Allergi<br />
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalamflebotom, misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang adapada sarung tangan, turniket atau plester.Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis,radang selaput mata; kadang-kadang bahkan bisa (shock)<br />
C <br />
ara mengatasi :<br />
a. Tenangkan pasien, beri penjelasanb. Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya<br />
C <br />
ara pencegahan<br />
a. Wawan cara apa ada riwayat allergib. Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex<br />
6<br />
. Trombosis<br />
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempatyang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan setempatdan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics ) yang memakaipembuluh darah vena.<br />
C <br />
ara pencegahan<br />
a. Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama<br />
<br />
b. Pembinaan peninap narkotika<br />
<br />
<br />
7<br />
. Radang Tulang<br />
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yangsempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang<br />
C <br />
ara mengatasi:<br />
y<br />
Mengatasi peradangan tulangCara Pencegahan:<br />
y<br />
Menggunakan lanset yang ukurannya sesuai. Saat ini sudahdipasarkan lanset dalam berbagai ukuran disesuaikan dengankelompok usia.Setiap kejadian komplikasi Flebotomi harus dilaporkan kepadadokter kepalda dan dicatat dalam buku catatan tersendiri denganmencantumkan identitas pasien selengkapnya, tanggal dan jam kejadian,dan tindakan yang diberikan.<br />
8<br />
. Amnesia<br />
Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit,pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itupengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapatmenyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukanyang<br />
4<br />
-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20 bulan.<br />
<br />
9<br />
. Komplikasi neuologis<br />
Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknyasyaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri ataukesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskansebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pulaterjadi.Penanganan :<br />
y<br />
<br />
Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harusdilindungi dari perlukaan.<br />
y<br />
<br />
Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepalamiringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidahtidak tergigit.<br />
y<br />
<br />
Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungidokter <br />
y<br />
<br />
Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambilmembatasi pergerakan pasien.<br />
Kegagalan pengambilan darah<br />
Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurangdalam. Jarum terlalu dalam/tembus, lubang jarum menempel didindingpembuluh darah, vena kolap atau tabung tidak vakum. Vena kolaps dapatterjadi bila menarik penghisap dengan cepat, menggunakan tabung yangterlalu besar atau jarum terlalu kecil.<br />
<br />
Hemokonsentrasi<br />
Hemoknsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasanganturniket yang ketat dan lama ( > 1 menit), atau mengepal telapak tangandengan pemijatan atau massage. Hal ini akan menyebabkan peningkatankadar hematokrit dan elemen seluler lainnya, protein total,GTO,lipid total,kolestrol dan besi (Fe). Mengepalkan tangan berulang akan meningkatkankalium, Flosfat dan lakat.<br />
Hemodilusi<br />
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapatpemberian cairan intra vena (infus ). Pengambilan darah di sisi influsharus di hindari sebisanya, jika tidak memungkinkan, hentikan infuse 3-5menit, ambil darah dibagian distal tempat infuse dan buang 3-5 cc darahyang pertama diambil. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hemodilusiantara lain :<br />
y<br />
<br />
Kontaminasi oleh cairan interstitial / cairan jaringan padapengambilan darah didaerah udem atau pada pasien obeis.<br />
y<br />
<br />
Kontaminasi alcohol yang belum kering pada pengambilan darahkapiler <br />
y<br />
<br />
Rasio darah : antikoagulan yang tidak sesuai<br />
Hemolisis<br />
Terjadi karena pengambilan darah dengan jarum yang terlalu kecin,pengambilan darah yang sulit dimana dilakukan manpulasi jarum, menarikpenghisap terlalu cepat,<br />
<br />
Mengeluarkan darah dari jarum dengan menekan secara keras/kasar,mengocok tabung dengan kuat, kontaminasi alcohol dan pemakaiantorniket terlalu lama. Hemolisis akan menyebabkan peninggian analit-analit yang banyak terdapat intrasel seperti LDH, kalium, magnesium, Fedan Fosfor anorganik.<br />
Masuknya factor jaringan<br />
Pengambilan darah yang sulit seperti pada vena yang kecil, orangtua, anak kecil dan pasien dengan udem atau obesitas, atau manupulasiterlalu banyak akan menyebabkan pelepasan factor jaringan yang akanmengaktifkan factor pembekuan darah dan mengakibatkan perubahannilai pemeriksaan hemostasisi. Sebaiknya pengambilan darah untukkoagulasi dilakukan dengan dua tabung.<br />
Kontaminasi<br />
Pada pemeriksaan kultur darah, tindakan asepsis yang tidakadekuat atau pengambilan darah pada lokasi yang mengalamiperadangan akan menimbulkan kontaminasi.Plasma adalah cairan darah yang terdiri atas air yang di dalamnyaterlarut zat organik, anorganik, dan zat-zat sisa yang tidak berguna,sedangkan serum adalah salah satu bagian dari plasma darah, yaitu padaprotein. Protein memiliki molekul yang cukup besar, jika darah diputar dalam sentifuge, maka zat protein tersebut akan mengendap, sisanyaberupa cairan bening atau jernih yang disebut serum.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1. Gandasoebrata, R.<br />
P <br />
enuntun Laboratorium Rakyat. Dian Rakyat <br />
.Bandung. 1992. Hal: 7-112. Patelki kaltim. Kompetensi Profsional Flebotomi. [serial on internet] 6Juni 2010 [cited 21 Maret 2010]. Page available:http//patelkikaltim.blogspot.com/2010/06/kompetensi-profesional-flebotomi.html3. Arief, Mansyur.<br />
Teknik Flebotomi dan Antikoagulan<br />
. [serial on internet][cited 20 Maret 2010]. Page available:http://www.scribd.com/doc/<br />
4<br />
9519130/Dr-Mansyur-Teknik-Flebotomi-1<br />
4<br />
.<br />
P <br />
engertian Flebotomi <br />
. [serial on internet] 18 Juni 2009 [cited 21 Maret2010]. Page available:http://teklabkes.blogspot.com/2009/07/pengertian-flebotomi-html<br />
Bab II Flebotomi<br />
Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document<br />
Report this document?<br />
<br />
Please tell us reason(s) for reporting this document<br />
<br />
Spam or junk<br />
<br />
Porn adult content<br />
<br />
Hateful or offensive<br />
<br />
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these directions to submit a copyright infringement notice.<br />
<br />
Report Cancel<br />
This is a private document. Question_small<br />
Info and Rating<br />
Reads:<br />
105<br />
Uploaded:<br />
04/20/2011<br />
Category:<br />
School Work<br />
Rated:<br />
Copyright:<br />
Attribution Non-commercial<br />
Attribution_noncommercial<br />
<br />
Follow<br />
Imansari Nurul<br />
Imansari Nurul<br />
Share & Embed<br />
More from this user<br />
PreviousNext<br />
<br />
1.<br />
48 p.<br />
24 p.<br />
18 p.<br />
<br />
Add a Commentwawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-33530454490150306202011-05-30T06:45:00.001-07:002011-05-30T06:45:55.254-07:00Kelainan Fungsi HatiKelainan Fungsi Hati<br />
( Hepatitis, Jaundice, Sirosis Hati )<br />
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen. <br />
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita nilai. <br />
Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan cholesterol. Fungsi ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali fosfatase. ∂-GT. Kerusakan sel hati atau jaringan hati, diperiksa SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV. <br />
Secara umum ada 2 macam gangguan faal hati.<br />
1.Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan atau sel hati.<br />
2. Adanya sumbatan saluran empedu.<br />
Penyakit hati dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang bervariasi. Penyebab-penyebabnya termasuk: <br />
• Kerusakan-kerusakan bawaan sejak lahir atau kelainan-kelainan hati yang hadir pada kelahiran <br />
• Kelainan-kelainan metabolisme atau kerusakan dalam proses dasar tubuh <br />
• Infeksi-infeksi virus atau bakteri <br />
• Alkohol atau keracunan oleh racun <br />
• Obat-obat terentu yang merupakan racun bagi hati <br />
• Kekurangan Gizi (nutrisi) <br />
• Trauma atau luka <br />
1. Hepatitis<br />
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis".<br />
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.<br />
Jenis – jenis Virus Hepatitis :<br />
• Virus hepatitis A <br />
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.<br />
• Virus hepatitis B <br />
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).<br />
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.<br />
• Virus hepatitis C <br />
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.<br />
• Virus hepatitis D <br />
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.<br />
<br />
• Virus hepatitis E <br />
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.<br />
• Virus hepatitis G <br />
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.<br />
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :<br />
• Virus Mumps <br />
• Virus Rubella <br />
• Virus Cytomegalovirus <br />
• Virus Epstein-Barr <br />
• Virus Herpes <br />
<br />
Macam-macam Hepatitis:<br />
(1) Hepatitis A<br />
Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan lebih berbahaya dibanding Hepatitis A.<br />
Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu. penderita akan mengalami gejala gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.<br />
Seringkali tidak ada bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat. Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium: (1) pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual; (2) stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan (3) stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.<br />
Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan.<br />
Pencegahan: Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.<br />
<br />
(2) Hepatitis B<br />
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. <br />
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.[<br />
Diagnosis<br />
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis B tidak nyata. <br />
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. <br />
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh. <br />
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis. <br />
Penularan<br />
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. <br />
• Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. <br />
• Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita. <br />
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.<br />
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan penyakit ini.<br />
Perawatan<br />
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B Dari Wikipedia seperti hijamah/bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga dengan standar medis<br />
(3) Hepatitis C<br />
Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini dapat menyebabkan peradangan hati atau hepatitis yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati.<br />
Virus hepatitis C menyebar dengan kontak darah-ke-darah dari darah seseorang yang terinfeksi. Gejala dapat secara medis ditangani, dan proporsi pasien dapat dibersihkan dari virus oleh pengobatan anti virus jangka panjang. Walaupun intervensi medis awal dapat membantu, orang yang mengalami infeksi virus hepatitis C sering mengalami gejala ringan, dan sebagai sebab dari tidak melakukan perawatan. Diperkirakan 150-200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi hepatitis C. Di Amerika Serikat, orang dengan sejarah penggunaan jarum suntik, penggunaan narkoba, tato atau sirkulasi darah yang telah terpapar melalui seks tidak aman yang meningkatkan risiko penyakit ini. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi hati di Amerika Serikat.<br />
Pada penelitian, ditemukan bahwa rendahnya rasio plasma vitamin D pada genotipe 1 membuat fibrosis hati menjadi ganas. <br />
<br />
2. Jaundice ( penyakit Kuning )<br />
Tanpa disadari banyak sekali fenoma penyakit kuning yang terjadi di sekitar kita. Penyakit ini memang jarang mewabah, akan tetapi tidak sedikit pula orang yang terkena. Organ yang terserang adalah liver. Liver sama dengan hepar yang berarti hati, yaitu organ dalam yang paling besar dan penting peranannya, terutama dalam metabolisme segala jenis makanan.Penderita baik dewasa maupun anak-anak dengan kulit dan mata yang kuning.<br />
Sakit kuning merupakan gejala awal pada gangguan fungsi liver ( hati ), penyumbatan saluran empedu atau disebabkan obat-obatan yang mengganggu fungsi hati, atau disebabkan obat-obatan yang mengganggu fungsi hati, atau pada saat adanya gangguan metabolisme Bilirubin ( Substansi yang diproduksi pecahan sel darah merah).<br />
Warna kuning yang timbul pada kulit dan mata disebabkan karena meningkatnya kadar Bilirubin dalam tubuh sehingga mengganggu kerja organ liver.<br />
Tugas liver antara lain: menyimpan makanan terutama gula, lemak dan sedikit protein; membuat protein plasma (darah) dan zat pembeku darah; membuat air empedu – zat pencerna yang sangat penting – dari sel-sel darah merah yang sudah rusak; memusnahkan racun dan membentuk sel-sel darah merah pada bayi yang masih dalam kandungan.<br />
Penyebab sakit liver karena adanya gangguan pada pencernaan. Gejalanya mungkin berupa sakit kuning (ikterus) dimana kulit dan putih mata menjadi kuning, karena adanya bilirubin yang berlebihan dalam plasma darah.<br />
Bilirubin adalah zat warna yang diproduksi hati ketika sel-sel darah merah yang rusak diolah, dan biasanya bercampur dengan air empedu yang disimpan kantung empedu dan masuk ke dalam usus dan darah menyebabkan warna kulit dan putih mata menjadi kuning.<br />
Penyakit kuning ini bermacam-macam, hepatitis (radang hati) dan sirosis (pengerasan hati) adalah beberapa diantaranya. Kedua jenis penyakit ini seringkali merupakan akibat dari penyalahgunaan alkohol. Ada pula jenis sakit kuning yang menyerang bayi baru lahir, namun tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Umumnya karena rusaknya sel-sel darah merah ekstra yang dibutuhkan bayi sesudah ia lahir.<br />
Pencegahan<br />
Dianjurkan untuk selalu melakukan diet sehat, baik makanan maupun minuman, serta minum air putih yang banyak sedikitnya 8 gelas sehari. Terutama bagi para pengonsumsi alkohol, obat-obatan ataupun jamu. Tidak ada salahnya untuk merawat tubuh sejak dini sebelum hal-hal yang tidak diinginkan mulai menghampiri.<br />
Mulailah dengan berolah raga secara teratur atau melakukan perawatan intensif bila waktu anda tidak memungkinkan untuk olah raga. PENNASIA dapat merawat tubuh anda agar terhindar dari terkena penyakit tersebut di atas ataupun penyakit–penyakit lainnya.<br />
Perawatan (terapi normalisasi) PENNASIA ini dilakukan dengan menggunakan metode dan alat-alat tertentu yang belum ada sebelumnya. Tanpa menggunakan jamu/obat-obatan dalam menyembuhkan penyakit.<br />
<br />
3. Sirosis Hati<br />
Sirosis hati adalah jenjang akhir dari proses fibrosis hati, yang merupakan konsekuensi dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanya penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrous sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh minuman keras, hepatitis B dan C dan gemuk penyakit hati tetapi telah banyak kemungkinan penyebab lain.<br />
Pada kasus seperti ini, seringkali terjadi gangguan pada portal pembuluh balik pada hati (bahasa Inggris: Extrahepatic portal vein obstruction, EHPVO) sehingga mengakibatkan terganggunya homeostasis pada hati yang berdampak pada disfungsi sintesis faktor koagulasi, terutama faktor V dan faktor VII. <br />
Penyakit hati kronik yang dianggap dalam dunia kedokteran penyakit irreversible, ditandai dengan kerusakan pada jaringan hati. Namun masih diusahakan perbaikan, untuk menunda proses kerusakan lebih lanjut.<br />
Gejalanya :<br />
• Kembung, banyak angin di perut, nyeri pada daerah ulu hati.<br />
• Perut mengeras dan membesar.<br />
• Demamdan meriang juga sulit untuk bergerak.<br />
<br />
Penyebabnya :<br />
• Kebiasaan mengkonsumsi obat – obatan dan minuman beralkohol.<br />
• Infeksi oleh virus dan bakteri<br />
• Adanya sel tumor dan kangker, sehingga menghambat kerja organ liver.<br />
Pencegahan<br />
Cara untuk mencegah terjadinya sirosis bukanlah dengan mengonsumsi kopi dalam jumlah yang banyak, namun dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi alkohol. Studi lainnya pernah menyatakan bahwa peminum alkohol yang berat ternyata memiliki hasil tes gula darah yang lebih sehat dan pengaruh kopi dalam mengurangi kadar enzim-enzim hati dalam darah juga lebih terlihat. Penumpukan racun dalam tubuh yang berlebihan dan kurang istirahat.<br />
<br />
Penyakit yang jarang tapi menunjukan gangguan faal hati <br />
• Penyakit thyroid/kelenjar gondok.<br />
• Penyakit hati auto immune (AIH)<br />
• Wilson disease<br />
• Alpha-1-antitrypsisn deficiency<br />
• Celiac disease<br />
• Muscle disorders<br />
<br />
<br />
Daftar Pustaka<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_A pada tanggal 11 Mei 2011<br />
http://adha-westprog.blogspot.com/2008/04/gangguan-fungsi-hati.html pada tanggal 11 Mei 2011<br />
http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=106 pada tanggal 11 Mei 2011<br />
http://www.sembuhalami.com/artikel/penyakit-kuning.html pada tanggal 11 Mei 2011<br />
http://id.wikipedia.org/wiki/Sirosis_hati pada tanggal 11 Mei 2011wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-28635397461947794042011-05-29T04:58:00.001-07:002011-05-29T04:58:07.277-07:00DesinfektanDesinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.<br />
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.<br />
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.<br />
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida. <br />
Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol . Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat tumbuh. Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteri Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit.<br />
Disinfeksi dan antiseptik<br />
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.<br />
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.<br />
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.<br />
Macam-macam desinfektan yang digunakan:<br />
1. Alkohol<br />
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.<br />
2. Aldehid<br />
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.<br />
3. Biguanid<br />
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.<br />
4. Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).<br />
5. Fenol<br />
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.<br />
6. Klorsilenol<br />
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).<br />
Desinfeksi permukaan<br />
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.<br />
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :<br />
• Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.<br />
• Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.<br />
• Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-72376422192388835332011-05-27T07:33:00.001-07:002011-05-27T07:33:54.728-07:00Macam dan Jenis VitaminPengertian dan Definisi Vitamin - Fungsi, Guna, Sumber, Akibat Kekurangan, Macam dan Jenis<br />
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,[1] yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.<br />
Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian.[2] Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.[3]<br />
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).[3] Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan.[3]<br />
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit.[3] Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.[2] Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis.[4] Contohnya adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.[5]<br />
n, 14/05/2006 - 10:45pm — godam64 <br />
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.<br />
Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air :<br />
- Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C<br />
- Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K atau disingkat Vitamin ADEK.<br />
1. Vitamin A<br />
- sumber vitamin A =<br />
susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain)<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A =<br />
rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-lain.<br />
2. Vitamin B1<br />
- sumber yang mengandung vitamin B1 =<br />
gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 =<br />
kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.<br />
3. Vitamin B2<br />
- sumber yang mengandung vitamin B2 =<br />
sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya.<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 =<br />
turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya.<br />
4. Vitamin B3<br />
- sumber yang mengandung vitamin B3 =<br />
buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan, ginjal, kentang manis, daging unggas dan sebagainya<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 =<br />
terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, bedan lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan lain-lain<br />
5. Vitamin B5<br />
- sumber yang mengandung vitamin B5 =<br />
daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal, hati, kacang ijo, dan banyak lagi yang lain.<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 =<br />
otot mudah menjadi kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain<br />
6. Vitamin B6<br />
- sumber yang mengandung vitamin B6 =<br />
kacang-kacangan, jagung, beras, hati, ikan, beras tumbuk, ragi, daging, dan lain-lain.<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 =<br />
pelagra alias kulit pecah-pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan banyak lagi lainnya.<br />
7. Vitamin B12<br />
- sumber yang mengandung vitamin B12 =<br />
telur, hati, daging, dan lainnya<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 =<br />
kurang darah atau anemia, gampang capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya<br />
8. Vitamin C<br />
- sumber yang mengandung vitamin C =<br />
jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat, nanas, sayur segar, dan lain sebagainya<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C =<br />
mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain<br />
9. Vitamin D<br />
- sumber yang mengandung vitamin D =<br />
minyak ikan, susu, telur, keju, dan lain-lain<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D =<br />
gigi akan lebih mudah rusak, otok bisa mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.<br />
10. Vitamin E<br />
- sumber yang mengandung vitamin E =<br />
ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, minyak tumbuh-tumbuhan, havermut, dsb<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E =<br />
bisa mandul baik pria maupun wanita, gangguan syaraf dan otot, dll<br />
11. Vitamin K<br />
- sumber yang mengandung vitamin K =<br />
susu, kuning telur, sayuran segar, dkk<br />
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K =<br />
darah sulit membeku bila terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainyawawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-74753945110512571732011-05-27T06:48:00.001-07:002011-05-27T06:48:12.921-07:00DIARE PADA ANAK-ANAKDIARE PADA ANAK-ANAK<br />
<br />
I. Definisi diare<br />
<br />
1. Definisi umum : frekuensi berak naik dan tidak terkontrol<br />
2. Macam diare :<br />
@ diare ringan : berak<br />
@ diare berat :<br />
Segala umur : berak sewaktu-waktu lebih dari 5 jam<br />
Kurang ari 1 tahun : berak lebih dari 9x dalam sehari/ 24 jam<br />
Antara 12 tahun : berak lebih dari 14x dalam sehari/ 24 jam<br />
Lebih dari 2 tahun : berak lebih dari 19x dalam sehari/ 24 jam<br />
3. Feses kering<br />
Menunjukkan kasus yang sangat cepat.<br />
Terlihat pada kasus diare sedang ke diare berat.<br />
II. Penyebab-penyebab infeksi biasa<br />
A. Diare dengan panas <br />
1. Rotavirus ( demam dalam 50% kasus ).<br />
Terlihat pada anak dengan umur dibawah 5 tahun / balita selama musim dingin<br />
Fecal leukosit terjadi pada 50% kasus<br />
2. E. Coli ( demam dalam 20 % kasus )<br />
Terjadi dimusim panas<br />
3. Complyobacter ( demam dalam 80% kasus)<br />
Terjadi sepanjang tahun, mengalami puncaknya pada musim dingin.<br />
Diare berdarah dengan fecal leukosit<br />
<br />
B. Diare tanpa panas <br />
Norwalk virus<br />
Giardia lamblia<br />
<br />
III. Sejarah <br />
A. Serangan dan lama waktu diare.<br />
B. Deman dan kumpulan dari gejala.<br />
C. Frekuensi emesis<br />
D. Frekuensi dan karakter berak/ tinja.<br />
Berak berair.<br />
Berak berbusa.<br />
Berak berdarah.<br />
E. Pengeluara urine.<br />
F. Riwayat makanan.<br />
G. Perilaku dan aktivitas.<br />
H. Pengobatan yang dianjurkan.<br />
Antibiotik hingga 3 bulan terakhir.<br />
I. Kemungkinan pada proses pencernaan <br />
J. Kontak penularan.<br />
K. Perjalanan terbaru.<br />
L. Ditularkan melalui binatang peliharaan.<br />
<br />
IV. Tanda bahaya.<br />
A. Demam diata 103o F (± 40oC).<br />
B. Penyakit sistemik.<br />
C. Tenesmus ( kram perut ).<br />
D. Diare berdarah.<br />
E. Bertambah parah jika lebih dari 2 minggu.<br />
F. Dehidrasi pada anak.<br />
V. Laboratorium : spesimen fecal ( mengindikasikan bahaya )<br />
A. Bentuk ova dan parasit<br />
B. Pelumasan feces secara langsung untuk feces stool leukosit.<br />
BAB leukosit absebt : kultul tinja.<br />
a. Salmonella<br />
b. Yersinia<br />
c. Aeromonas<br />
d. E. Coli <br />
- Enterotoxigenic E. Coli ( ETEC )<br />
- Enterodherent E. Coli ( EAEC )<br />
BAB leukosit present : kultur tinja<br />
a. Biasanya banyak disebabkan fecal leukosit.<br />
- Shigella<br />
- Compylobacter<br />
- E. Coli <br />
Enteroloxigenic E. Coli ( ETEC )<br />
Entero adherent E. Coli ( EAEC )<br />
b. Biasanya kurang sedikit disebabkan fecal leukosit.<br />
- Yersinia <br />
- Salmoella<br />
- Clostridium difficile<br />
- Aeromonas<br />
- Plsiomonas<br />
VI. Usaha <br />
- Baca manajemen diare pada anak.<br />
- Baca diare sedang dibawah umur 2 tahun.<br />
- Baca diare ringan dibawah umur 2 tahun.<br />
- Baca diare pada anak dengan penggantian cairan.<br />
- Baca solusi diare.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-51615678403641835542011-05-27T06:29:00.001-07:002011-05-27T06:29:23.342-07:00PENGECATAN FLAGELL METODE GRAYPENGECATAN FLAGELL<br />
METODE GRAY<br />
<br />
1.TUJUAN :untuk mengetahui adanya flagell pada bakteri dan letaknya<br />
2.Prinsip :flagell mampu mengikat zat warna karena penggunaan mordant dan terwarna merah muda.sedangkan sel bakteri berwarna berwarna merah ungu apabila bakteri berflagel dilakukan pengecatan metode gray<br />
3.Alat dan bahan:<br />
o Suspense bakteri<br />
o Pembakar spirtus<br />
o Objek glass<br />
o Pipet tetes<br />
o Mikroskop<br />
o Lar mordant<br />
o Carbol fuchsin<br />
4.Cara kerja<br />
a) Lakukan uji motilitas terlebih dahulu bila (+)baru lakukan pengecatan<br />
b) Objek glass yang bersih disiapkan ditetsi dengan suspense kuman<br />
c) Miringkan objek glass,agar tetsan mengalir<br />
d) Di incubasi dalam incubator pada suhu 56 c(10 menit)<br />
e) Genangi dengan lar mordant (10 menit)<br />
f) Cuci dgn air mengalir<br />
g) Genangi dengan carbol fuhsin(5menit)dan cuci <br />
h) Lihat dengan mikroskop dengan objektif 100X+IMERSI OILwawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-2683700426156960152011-05-27T06:25:00.001-07:002011-05-27T06:25:13.517-07:00SISTEM MUSKULOSKELETALSISTEM MUSKULOSKELETAL<br />
A.TULANG TENGKORAK/CRANIUM<br />
1.Tulang tengkorak otak/neurocranium<br />
Os frontal<br />
Os parietale<br />
Os occipital<br />
Os spenoidale<br />
Os temporal<br />
Os spenoidale<br />
2.sutura tulang tengkorak<br />
Sutura coronalis antara os frontal dan os parietale<br />
Sutura sagitalis menghubungkan kedua os parietale<br />
Sutura squamosa antara os temporal dan os parietale<br />
Sutura lambdoidea antara os occipital dan os parietale<br />
Sutura spenosquamosa antara os temporal dan os spenoidale<br />
Sutura parietomastoidea antara os parietale dan os temporal<br />
Sutura occipitomastoidea antara os occipital dan os temporal<br />
Bregma,pertemuan sutura coronalis dengan sutura sagitalis<br />
Lambda,pertemuan sutura sagitalis dengan sutura lambdoidea<br />
Pterion,pertemuan os frontale,os parietale,os temporal,dan os spenoidale<br />
3.tulang tengkorak wajah/splanchnoccranium<br />
Os maxilla<br />
Os mandibula<br />
Os palatinum<br />
Os zigomatikum<br />
Os nasal<br />
Os vomer<br />
Os lacrimale<br />
<br />
B.OSTEOLOGI BATANG BADAN<br />
1.Tulang punggung/belakang/columna vertebralis<br />
Vertebra cervikalis,ada 7 buah<br />
Vertebra thoracalis,ada 12 buah<br />
Vertebra lumbalis ada 5 buah<br />
Os sacrum,ada 5 buah<br />
Os coccigis ada 3-4 buah<br />
Promotorium<br />
Canalis vertebralis <br />
Discus intervertebralis<br />
2 tulang bahu<br />
Os scapula<br />
Os clavikula<br />
3.tulang dada dan rusuk<br />
Os sternum<br />
• Manubrium sterni<br />
• Corpus sterni<br />
• Angulus sterni<br />
• Processus xyphoideus<br />
Os costa<br />
COSTA VERA<br />
COSTA SPURIA<br />
COSTA FLUKTUANTES<br />
4.Tulang panggul/os coxae<br />
Os ilium<br />
Os ischii<br />
Os pubis<br />
Foramen obturatum<br />
<br />
C.OSTEOLOGI ANGGOTA GERAK<br />
1.Angota gerak atas<br />
Os humerus <br />
Os radius<br />
Os ulna <br />
Ossa carpal<br />
Os metacarpal<br />
Phalanges<br />
2.Anggota gerak bawah<br />
Os femur<br />
Os patella<br />
Ps tibia<br />
Os fibula<br />
Ossa tarsalia<br />
o Os talus <br />
o Os calcaneus<br />
o Os pediis<br />
Ossa metatarsal<br />
phalangeswawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-25135664770195895502011-05-20T18:37:00.001-07:002011-05-20T18:37:43.638-07:00MonositMonosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya.<br />
<br />
Pada saat terjadi peradangan, monosit :<br />
<br />
* bermigrasi menuju lokasi infeksi<br />
* mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut.<br />
<br />
Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas.<br />
<br />
Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon dan kelas TNF.<br />
<br />
Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik.<br />
<br />
Read more: http://shear-dunkdunk.blogspot.com/2010/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html#ixzz1Mwl4PtZDwawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-42300481388364586142011-05-17T01:08:00.001-07:002011-05-17T01:08:06.067-07:00Analisa SpermaAnalisa Sperma <br />
PEMERIKSAAN ANALISA SPERMA<br />
<br />
1. Penerangan dan cara penampungan sperma manusia <br />
Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman sperma ke laboraturium. Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut :<br />
a. Melakukan abstinensia selam 3 – 5 hari, paling lama selama 7 hari.<br />
b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan.<br />
c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan. <br />
d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu.<br />
e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah.<br />
f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.<br />
<br />
1.1 Beberapa cara memperoleh sperma <br />
<br />
a. Masturbasi / Onani<br />
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.<br />
<br />
b. Coitus Interuptus ( CI )<br />
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab :<br />
Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.<br />
Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.<br />
<br />
c. Coitus Condomatosus<br />
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma<br />
<br />
d. Reflux poscital<br />
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.<br />
<br />
e. Massage prostat<br />
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat.<br />
Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani.<br />
Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih mudah dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada orang yang di sunat, juga pengaruh religius.<br />
Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.<br />
<br />
<br />
1.2 Tempat Penampung Sperma<br />
<br />
Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung spermatotoxic. Sperma sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari : <br />
1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga pergerakannya tergaggu.<br />
2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga sperma akan rusak. <br />
Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang bersih . tidak mengandung spermatotoxic. Tetapi sperma dilarang ditempat yang terbuat dari :<br />
» Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa.<br />
» Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis.<br />
» Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi<br />
» Ukuran tempat penampung sperma 50 ml – 100 ml.<br />
<br />
2. Pelaksanaan Analisa Sperma<br />
Spermiogram memuat data-data tentang :<br />
1. Volume sperma.<br />
2. Bau.<br />
3. pH<br />
4. Warna.<br />
5. Liquefaction.<br />
6. Viskositas.<br />
7. Aglutinasi.<br />
8. Jumlah sperma / lapangan pandang.<br />
9. Pergerakan spermatozoa.<br />
10. Leucocyte.<br />
11. Fruktosa.<br />
<br />
<br />
<br />
2.1. Analisa sperma Secara Makroskopis<br />
Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction). <br />
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim – enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi :<br />
<br />
a. Pengukuran Volume<br />
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :<br />
ξ Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi<br />
ξ Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.<br />
ξ Kemudian baca hasil.<br />
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 – 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.<br />
<br />
Hypospermia disebabkan oleh :<br />
Ejakulasi yang berturut-turut<br />
Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )<br />
Penampung sperma tidak sempurna<br />
<br />
Hyperspermia disebabkan oleh :<br />
Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.<br />
Minum obat hormon laki – laki.<br />
<br />
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.<br />
<br />
b. PH<br />
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter. Cara kerjanya :<br />
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 – 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.<br />
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.<br />
<br />
c. Bau Sperma<br />
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. <br />
<br />
<br />
Cara pemeriksaannya :<br />
ξ Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya<br />
ξ Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas<br />
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor / kaporit.<br />
<br />
d. Warna sperma<br />
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan.<br />
Cara kerja :<br />
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup.<br />
<br />
e. Liquefection <br />
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya.<br />
Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek).<br />
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : <br />
Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.<br />
<br />
f. Viskositas (Kekentalan)<br />
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :<br />
<br />
2.2 Analisa Sperma Secara Mikroskopik<br />
<br />
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 – 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.<br />
<br />
1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma<br />
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.<br />
Cara Pemeriksaanya :<br />
- Diaduk sperma hingga homogen <br />
- Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan cover glass(ukuran standar)<br />
- Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X<br />
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang<br />
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang<br />
I = 10 Spermatozoa<br />
II = 5 Spermatozoa<br />
III = 7 Spermatozoa<br />
IV = 8 Spermatozoa<br />
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa perlapang pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml<br />
Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang)<br />
Misalnya ¼ Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200 spermatozoa. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml<br />
Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan reagensia, bila didapatkan nol spermatozoa disebut Azoospermia.<br />
Azoospermia dapat disebabkan oleh karena :<br />
- Testisnya kecil atau rusak<br />
- Salurannya testis buntu (obstruksi)<br />
- Vasectomy bila diperlukan untuk check up <br />
Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini sangat menggembirakan pasien<br />
- Over dosis Androgen dan corticosteroid<br />
<br />
2. Pergerakan Sperma<br />
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka :<br />
- spermatozoa akan memburuk pergerakannya. <br />
- pH dan bau mungkin akan berubah .<br />
spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain <br />
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa tidak bergerak <br />
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).<br />
<br />
Perhitungan :<br />
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal :<br />
- yang tidak bergerak = 25% <br />
- yang bergerak kurang baik = 50%<br />
- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%<br />
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%, 20%)<br />
Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup.<br />
<br />
Sebab menurunnya motilitas spermatozoa<br />
Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.<br />
Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.<br />
<br />
<br />
3. Perhitungan Jumlah Sperma<br />
Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer atau ”electronic coulter counter”. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan di sebagian besar negara. <br />
Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap sperma. Meskipun sering digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran dipergunakan pipet mikro modern (10, 50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup.<br />
hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel mengendap kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (> 60 juta/ml).<br />
Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat.<br />
Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar hitung Neubauer) adalah sebagai berikut :<br />
Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang saja (tidak perlu 4 bidang)<br />
<br />
Kamar hitung Neubeur untuk menghitung spermatozoa<br />
<br />
Perhitungan :<br />
Luas = 1 mm2 <br />
Tinggi = 0,1 mm <br />
Vol = 0,1 mm3<br />
Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N <br />
= 10 X N X pengenceran<br />
= 10 N X Pengenceran /mm3<br />
Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000<br />
<br />
N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W <br />
<br />
4. Morfologi<br />
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan cara :<br />
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri. <br />
Bentuk Normal :<br />
Bentuk oval<br />
<br />
2.3. Analisa Sperma Secara Kimia<br />
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis<br />
Cara pemeriksaan Fruktosa :<br />
<br />
Regensia :<br />
1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N<br />
2. Larutan Zn SO4 0,175M<br />
3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.<br />
4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %<br />
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.<br />
Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-29304114382815061312011-05-17T00:53:00.001-07:002011-05-17T00:58:34.689-07:00White Blood Cell Differential CountWhite Blood Cell Differential Count (Differential, Diff)<br />
Kiat membaca Hasil Laboratorium Darah Part III <br />
Postingan kali ini adalah bagian terakhir dari postingan-postingan terdahulu.<br />
<br />
<br />
Pemeriksaan Darah Lengkap<br />
Darah lengkap (Complete Blood Count/CBC) adalah pemeriksaan untuk menilai jumlah sel darah dan kadar hemoglobin. Saat ini pemeriksaan darah lengkap sudah menggunakan alat penghitung sel darah otomatis atau disebut haematology analyzer yang mampu menghitung sel-sel darah dengan waktu yang cepat dan akurat. Pemeriksaan darah ini juga sering disebut sebagai pemeriksaan darah rutin. Beberapa parameter yang diperiksa adalah :<br />
<br />
<br />
Pemeriksaan Sel Darah Putih (Lekosit)<br />
Jumlah sel darah putih (lekosit) atau White Blood Cell (WBC). Normalnya, jumlah lekosit dalam darah adalah 4,0 – 11,0 x10^3/mmk (millimeter kubik) darah. Lekosit yang tinggi dapat dijumpai pada infeksi bakterial, tumor, luka bakar, leukemia, dsb. Jumlah lekosit dapat menurun pada penyakit sumsum tulang (misalnya pada anemia aplastik, mielofibrosis, infiltrasi neoplasma, dsb), inveksi virus (demam berdarah dengue, campak, HIV, dsb), pengaruh obat-obatan (misalnya obat anti kanker), dan sebagainya.<br />
<br />
Hitung jenis lekosit atau differential count. Pem<br />
<br />
The white blood cell differential count determines the number of each type of white blood cell, present in the blood. <br />
It can be expressed as a percentage (relative numbers of each type of WBC in relationship to the total) or as an absolute value (percentage x total WBC). Of these, the absolute value is much more important than the relative value.<br />
There are five basic white blood cell types:<br />
Neutrophils<br />
Eosinophils<br />
Basophils<br />
Lymphocytes<br />
Monocytes<br />
Each WBC cell type has its' own unique features.<br />
________________________________________<br />
Neutrophils (Segmented Neutrophils, Segs, Polymorphonucleocytes, Polymorphonuclear Neutrophils, Polys, PMNs)<br />
These are the most common of the WBCs and serve as the primary defense against infection. The typical response to infection or serious injury is an increased production of neutrophils.<br />
<br />
________________________________________<br />
Bands/Stabs<br />
Early in the response to infection, immature forms of neutrophils will be seen. These are call Stab or Band cells. The presence of these immature cells is called a "shift to the left" and can be the earliest sign of a WBC response, even before the WBC becomes elevated.<br />
<br />
________________________________________<br />
Eosinophils (Eos)<br />
These cells play a role in allergic disorders and in combating parasitic infections.<br />
Elevations in eosinophil counts are associated with:<br />
Allergic reactions<br />
Parasite infections<br />
Chronic skin infections<br />
Some cancers<br />
Decreases in eosinophil counts are associated with:<br />
Stress<br />
Steroid exposure<br />
Anything that may suppress WBC production generally<br />
<br />
________________________________________<br />
Basophils (Baso's)<br />
These cells can digest bacteria and other foreign bodies (phagocytosis) and also have some role in allergic reactions.<br />
Elevations in basophil counts are associated with:<br />
Some cancers<br />
Some allergic reactions<br />
Some infections<br />
Radiation exposure<br />
Diminished basophil counts are associated with:<br />
Stress reactions<br />
Some allergic reactions<br />
Hyperthyroidism<br />
Prolonged steroid exposure<br />
<br />
________________________________________<br />
Monocytes (Mono's)<br />
These cells respond to inflammation, infection and foreign bodies by ingesting and digesting the foreign material.<br />
Increased monocyte counts are associated with:<br />
Recovery from an acute infection<br />
Viral illness<br />
Parasitic infections<br />
Collagen disease<br />
Some cancers<br />
Decreased monocyte counts are associated with:<br />
HIV infection<br />
Rheumatoid arthritis<br />
Steroid exposure<br />
Some cancers<br />
<br />
________________________________________<br />
Lymphocytes (Lymphs)<br />
These cells play both an immediate and delayed role in response to infection or inflammation.<br />
Increased numbers of lymphocytes are seen in:<br />
Most viral infections<br />
Some bacterial infections<br />
Some cancers<br />
Graves' disease<br />
Decreased numbers of lymphocytes are seen in:<br />
Steroid exposure<br />
Some cancers<br />
Immunodeficiency<br />
Renal failure<br />
Lupuswawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-23316240257061563692011-05-17T00:47:00.000-07:002011-05-17T00:47:35.301-07:00Uji hidrolisa gelatin<br />
Gelatin adalah suatu zat yng meleleh pada atau di atas 28oC, sehingga harus dibudidayakan di suhu 25oC (suhu kamar)<br />
Hidrolisis gelatin terjadi karena bakteri menghasilkan gelatinase untuk menghidrolisis polimer protein, gelatin, untuk asam amino.<br />
Setelah melakukan percobaan maka kita akan mengetahui bakteri apa saja yang bisa menghidrolisis gelatin, mari kita pelajari bersama…<br />
Sampel bakteri yang digunakan untuk uji hidrolisis gelatin adalah Bacillus sp<br />
I. Tujuan uji hidrolisis gelatin : <br />
untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghidrolisis gelatin atau tidak<br />
II. Prinsip : -<br />
III. Alat dan bahan :<br />
- Sampel bakteri<br />
- Media gelatin<br />
- Ohse lurus<br />
- Es batu<br />
- Incubator<br />
IV. Cara kerja :<br />
Hari pertama<br />
- Siapkan media gelatin<br />
- Sterilkan ohse<br />
- Inokulasikan sampel bakteri secara tusukan dengan menggunakan ohse bulat secara aseptis<br />
- Inkubasi 37oC selama 24 jam<br />
Hari kedua<br />
- Masukkan media gelatin ke dalam es batu <br />
- Amati adanya hidrolisis gelatin<br />
(+) media cair tetap cair<br />
(-) media cair menjadi padat<br />
V. Hasil : (+) media cair tetap cair<br />
VI. Kesimpulan : dlam sampel bakteri menghidrolisis gelatin<br />
VII. Pembahasan :<br />
- Hidrolisis gelatin : protein yang diproduksi oleh hidrolisis parsial dari kolagen diekstrak dari tulang, jaringan ikat, organ dan beberapa usus hewan peliharaan seperti sapi, babi, dan kuda. (Wikipedia) <br />
- Kolagen memiliki komposisi asam amino yang tidak biasa yang membuatnya tahan terhadap protease dan dengan demikian organisme dapat mengeluarkan protease yang menghidrolisis kasein( tidak menunjukkan aktivitas gelatinase.)<br />
- Media gelatin digunakan untuk menguji apakah bakteri dapat mencerna protein gelatin. Untuk mencerna gelatin, bakteri memerlukan enzim gelatinase. Untuk menyuntik media ini, gunakan jarum transfer untuk menusuk gelatin. <br />
- Tabung harus benar-benar dingin sebelum pengamatan.Jika media padat setelah pendinginan berarti bakteri tidak mencerna gelatin. Jika media cair bahkan setelah pendinginan, maka hasil tes positif berarti bakteri mampu mencerna gelatin.<br />
- Gelatin protein merupakan polimer besar asam amino yang terlalu besar untuk masuk ke dalam membrane sel. Dalam rangka memanfaatkan gelatin, exoenzim proteolitik bakteri mensekresi gelatinase dan peptidase untuk mencerna gelatin luar sel.<br />
- Beberapa spesies bakteri yang mengeluarkan gelatinase : Staphylococcus aureus, beberapa spesies Clostridium, Propinobacterium acnes, beberapa anggota Enterobacteriaceae, beberapa Pseudomonadaceae dan anggota Bacillus , Serratia , Proteus.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-35248981640495665762011-05-17T00:35:00.003-07:002011-05-17T00:35:30.174-07:00Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya: <br />
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2 H+<br />
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+<br />
M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+<br />
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :<br />
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2<br />
Hg2+ + 2Cl- HgCl2<br />
(Khopkar, 2002).<br />
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.<br />
(Basset, 1994).<br />
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :<br />
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O<br />
(Khopkar, 2002).<br />
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen - penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.<br />
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.<br />
(Harjadi, 1993).<br />
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue.<br />
(Khopkar, 2002).<br />
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu.<br />
(Rival, 1995).<br />
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. (Basset, 1994). <br />
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.<br />
(Harjadi, 1993).<br />
M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat. <br />
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida. <br />
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah: <br />
a. Hitam eriokrom <br />
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10. <br />
<br />
b. Jingga xilenol <br />
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam. <br />
<br />
c. Biru Hidroksi Naftol <br />
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat. <br />
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali. <br />
Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan elektron.<br />
Mn+ + : L (M : L)n+<br />
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) merupakan ligan yang mempunyai lebih dari satu tempat untuk berikatan. Rumus molekul zat tersebut dinyatakan sebagai berikut:<br />
<br />
HOO-CH2 CH2-COOH<br />
<br />
N- CH2- CH2 N<br />
<br />
HOOC-CH2 CH2-COOH<br />
EDTA ini dapat membentuk lingkaran yang menjepit ion logam dan senyawa yang di hasilkan disebut sepit (chelate)<br />
<br />
HOO-CH2 CH2-COOH<br />
<br />
N- CH2- CH2 N<br />
<br />
CH2 CH2<br />
<br />
C- O- M- O- C<br />
O O<br />
Bentuk asam dari EDTA dapat ditulis sebagai H4Y<br />
Jika asam ini dapat direaksikan dengan basa, misalnya NaOH, akan di netralkan dalam berbagai tingkatan menjadi H3Y-, H2Y2-, HY3-,dan akhirnya Y4-.<br />
Asam yang bebas H4Y dan gsram NaH3Y tidak cukup larut dalam air, sedangkan NaH2Y melarut dengan baik dalam air. Selama titrasi ion logam dengan Na2H2Y selalu terjadi ion hidrogen.<br />
Mg2+ + H2Y2- MgY2- + 2H+<br />
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+<br />
Al3+ + H2Y2- AlY- + 2H+<br />
Secara umum dapat ditulis: <br />
Mn+ + H2Y2+ MY(n-m)+ 2H+ <br />
Oleh karena terbentuknya ion H+ selama titrasi, maka untuk mencegah perubahan pH harus dipergunakan larutan penyangga.<br />
Dari reaksi diatas terlihat bahwa ion logam bereaksi dengan EDTA denagan perbandingan molar 1: 1.<br />
Suatu hal penting dalam perkembangan titrasi EDTA, yaitu penemuan indikator logam, yang memungkinkan titrasi ini dilakukan dalam larutan untuk konsentrasi yang sangat encer.<br />
Saat ini dikenal berbagai macam indikator logam antara lain Erichrome Black T (Selechrome Black/ EBT/ Erio T). Struktur indikator ini adalah sebagai berikut:<br />
<br />
OH OH<br />
<br />
-O3S - N= N- <br />
<br />
NO2<br />
<br />
Indikator ini dapat membentuk kompleks bewarna hampir semua logam. Erio T adalah asam berbasa tidak yang dapat ditulis sebagai berikut:<br />
H2Ind Hind2- Ind3-<br />
Merah pH 5,3- 7,3 Biru pH 10- 11 Jingga <br />
<br />
Pada pH Hind2- berwarna biru. Bentuk indikator ini bereaksi dengan magnesium membentuk kompleks yang berwarna merah. Kompleks Mg Ind lebih lemah dari pada MgY2- . Dengan demikian Mg dari Mg Ind membetuk kompleks MgY2-. <br />
Mg Ind + H2Y2- MgY2- + H Ind2- + H+<br />
Merah tidak berwarna Biru<br />
<br />
Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan secara titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai senyawa kompleks, yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit terdisosiasi. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk seyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, da gugus yang terikat pada atom pusat disebut bilangan koordinasi.<br />
Contoh:<br />
Ag+ + 2 CN Ag(CN) <br />
<br />
Dalam kompleks Ag(CN) ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan koordinasi dua sianida adalah ligannya. <br />
<br />
Molekul atau ion yang berfungsi sebagai ligan pada umumnya mempunyai atom elektronegatif seperti nitrogen, oksigen atau halogen. Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io sianida merupakan contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks dengan banyak ion logam.<br />
Titrasi dengan ligan polidentat<br />
Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks yang larut dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi hanya dalam beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu tahap pada pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu membentuk komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang akan dibicarakan adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra asetat (EDTA)<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva titrasi<br />
pH Larutan<br />
pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat <br />
disosiasi 4 pada4, bergantung pada pH laruta seprti pada tabel 10.3 harga EDTA, berbagai pH dihitung berdasarkan rumusan yang telah diuraikan pada bagian 4. dari tabel 10.3 terlihat bahwa semakin besar harga pH maka 4 pun semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besarharga harga pH semakin besar konsentrasi Y4- dalam larutan.<br />
<br />
Harga Kf<br />
Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik ekivalen semua ion logam mempunyai harga pM yang semua karena semua ion logam mempunyai konsentrasi yang sama sedangkan harga Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika titik ekivalen tercapai, harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.<br />
Indikator ion logam<br />
Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik <br />
Yang membentuk kelat berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa kriteria yang perlu dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara lain: ikatan zat warna dengan ion logam harus lebih pernah dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan perubahan warna harus mudah diamati mata.<br />
Kebanyaka indikator ion logam mengandung gugs fungsi azo. Salah satu indikator ion logam yang paling banyak digunakan adalah eriochrome black T (EBT) yang mempunyai rumus struktur molekul berikut:<br />
<br />
<br />
OH OH <br />
<br />
-O3S N= N<br />
<br />
O2N<br />
<br />
Alat Dan Bahan<br />
Alat <br />
<br />
Gelas Kimia Erlenmeyer Gelas Ukur Pipet Tetes <br />
Corong Buret Labu Takar Statif Dan Klem <br />
Bahan <br />
1.EDTA 0,01 M<br />
2.NaOH 0,1 M<br />
3.Murexid (0,2 gram EBT + 50 gram HC<br />
Prosedur Kerja<br />
Standarisasi Larutan EDTA<br />
<br />
Di timbang dengan teliti dan di keringkan sebelumnya suhu 100 ˚C<br />
Dituangkan zat padat pada labu takar 1000 ml dengan menggunakan air suling<br />
Diencerkan sampai tanda batas <br />
Dipipet larutan tersebut kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml<br />
Ditambahkan 2 ml larutan buffer pH 10 dan + 50 mg EBT<br />
Titrasi dengan EDTA <br />
Diulangi secara duplo<br />
<br />
<br />
Penetapan kadar nikel dalam nikel sulfat<br />
<br />
Dimasukan kedalam erlenmeyer<br />
Ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M <br />
Sehingga pH berkisar 12-13<br />
Ditambahkan seujung sendok mureksid<br />
Dititrasi perlahan dengan EDTA yang telah dibakukan hingga warna indikator berubah <br />
<br />
Hasil pengamatan dan perhitungan<br />
a. Standarisasi larutan EDTA<br />
<br />
V EDTA(ml)<br />
Perubahan warna<br />
<br />
Awal<br />
akhir<br />
36,7 ml<br />
Merah muda<br />
ungu<br />
<br />
Perhitungan<br />
a.Molaritas EDTA<br />
V1. M1 = V2.M2<br />
M2 = V1. M1 <br />
V2 = 25 ml x 0,01 M <br />
36,7 mL<br />
= 0,006 M<br />
Konsentrasi Ca <br />
N Ca (mg/L) = A X B X 1000 X Ar Ca <br />
mL sampel <br />
= 36,7 mL x 0,006 M x 40,08 mg/mmol <br />
25 ml<br />
= 0,0367 L X 0,006 mol /L X 40,08 gr/mol <br />
0,025 L <br />
= 0,35 N <br />
b.Penentuan Nikel Secara Kompleksometri<br />
M EDTA (ml)<br />
Volume EDTA(mL) <br />
V EDTA Perubahan warna<br />
<br />
Rata-rata Awal<br />
akhir<br />
0,01 M<br />
3 mL<br />
2 mL <br />
2 + 3 Merah ungu<br />
2 Merah ungu<br />
= 2,5 mL<br />
Biru<br />
Biru <br />
Diketahui : <br />
Vsampel = 25 mL<br />
Molaritas EDTA = 0,01 M<br />
VEDTA = 2,5 mL<br />
Be Ni = 29,35 g/ek<br />
Ditanya : Kadar Nikel dalam larutan sampel …?<br />
Penye : Berat Ni = N EDTA x VEDTA x Be Ni <br />
= 0,01 N x 2,5 mL x 29,35 g/ek<br />
= 0,01 ek/L X 0,0025 L X 29,35 gr/ek<br />
= 73,37 gr<br />
Kadar Ni = N EDTA x VEDTA x Be Ni x 100%<br />
mL sampel<br />
= 0,01 N x 2,5 mL x 29,35 g/ek x 100%<br />
25 ml <br />
= 0,01 ek/L X 0,0025 L X 29,35 gr/ek x 100%<br />
25 ml <br />
= 2,935 % <br />
<br />
Pembahasan<br />
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya: <br />
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2 H+<br />
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+<br />
M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+<br />
M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat. <br />
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida. <br />
Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan secara titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai senyawa kompleks, yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit terdisosiasi. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk seyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, da gugus yang terikat pada atom pusat disebut bilangan koordinasi.<br />
Contoh:<br />
Ag+ + 2 CN Ag(CN) <br />
Dalam kompleks Ag(CN) ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan koordinasi dua sianida adalah ligannya.<br />
Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io sianida merupakan contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks dengan banyak ion logam.<br />
Titrasi dengan ligan polidentat<br />
Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks yang larut dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi hanya dalam beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu tahap pada pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu membentuk komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang akan dibicarakan adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra asetat (EDTA)<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva titrasi<br />
pH Larutan<br />
pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat <br />
disosiasi 4 pada4, bergantung pada pH laruta seprti pada tabel 10.3 harga EDTA, berbagai pH dihitung berdasarkan rumusan yang telah diuraikan pada bagian 4. dari tabel 10.3 terlihat bahwa semakin besar harga pH maka 4 pun semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besarharga harga pH semakin besar konsentrasi Y4- dalam larutan.<br />
Harga Kf<br />
Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik ekivalen semua ion logam mempunyai harga pM yang semua karena semua ion logam mempunyai konsentrasi yang sama sedangkan harga Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika titik ekivalen tercapai, harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.<br />
Indikator ion logam<br />
Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik <br />
Yang membentuk kelat berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa kriteria yang perlu dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara lain: ikatan zat warna dengan ion logam harus lebih pernah dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan perubahan warna harus mudah diamati mata.<br />
Kebanyakan indikator ion logam mengandung gugs fungsi azo. Salah satu indikator ion logam yang paling banyak digunakan adalah eriochrome black T (EBT) yang mempunyai rumus struktur molekul berikut: <br />
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam.<br />
Dalam percobaan dalam kompleksometri ini, dimana kita melakukan atau mencoba standarisasi larutan EDTA dan juga penetapan kadar nikel dalam nikel sulfat (). Telebih dahulu kita menimbang dengan teliti 0,5 gram CaCO3 yang murni dan telah dikeringkan sebelumnya pada suhu 100˚C. Setelah mencapai 100 ˚C kita memindahkan zat padat tadi pada labu takar 1000 ml dengan menggunakan air suling dan menambahkan setetes demi setetes 1:1 sampai berhenti bergelegak dan larutan menadi jernih. Mengencer sampai pada batas dan mengocok sampai homogen.<br />
Setelah itu larutan yang kita masukkan kedalam lubu takar tadi kita mengambil dengan pipet 25 ml dan masukkan ke erlenmeyer, dan tambahkan 2 ml larutan Buffer dengan pH 10 dan tambahkan 50 mg EBT. Setelah penambahan maka anjurkan dengan titrasi dengan menggunakan EDTA sampai teradi perubahan warna dari merah unggu ke biru.setelah itu mengulangi pengeraan yang sama 2 atau 3 kali. Setelah selesai melakukan pekerjaan maka menghitung molaritas dari EDTA.<br />
Cara yang kedua dalam percobaan ini, dimana pertama-tama kita masukan air kedalam erlenmeyer dengan berukuran 25 ml, kemudian kita menambahkan 5 ml larutan NaOH 0,1 M sehingga pH larutan berkisar 12-13 kemudian menambahkan seujung sendok indikator murexid, setelah menambahkan indikato kita lanjutkan titrasi pelahan-lahan dengan larutan EDTA yang telah di bakukan hingga warna indikator berubah dari warna merah ungu menjadi biru..<br />
Dari hasil percobaan diatas maka kita bisa mengetahui konsentrasi dari masing-masig percobaan tadi<br />
<br />
Kesimpulan<br />
Dari percobaan diatas maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa:<br />
1. Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. <br />
2. Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io sianida merupakan contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks dengan banyak ion logam.<br />
<br />
Kemungkinan kesalahan <br />
a. Kurangnya konsentrasi prakiktkan selama proses praktikum berlangsung<br />
b. Kurang teliti dalam mencampurkan larutan<br />
c. Kurang teliti dalam membersikan alat praktikum<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Team teaching. 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. UNG. <br />
Lukum, P, Astin. 2008. Bahan Ajar Dasar-DasarKimia Analitik. UNG : jurusan Pendidikan Kimia.<br />
Day, JR dan Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta<br />
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.<br />
Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta<br />
Svehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi ke-5. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta<br />
http://arifqbio.multiply.com<br />
http://id.answers.yahoo.comwawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-78738101164522792482011-05-08T02:32:00.003-07:002011-05-08T02:32:14.816-07:00SpektrofotometerSpektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor yang digunakan secara langsung dapat mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak lansung cahaya yang diabsorbsi (Ia), jadi tergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb (serap) oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk.<br />
Yang perlu dikalibrasi adalah panjang gelombang dan absorbansi <br />
Kalibrasi Panjang gelombang <br />
• menggunakan filter gelas holium oksida yang memupnyai panjang gelombang acuan (nm) :<br />
<br />
• pasang filter gelas holium oksida pada kompartemen sampel dan kompartemen pembanding dibiarkan kosong (udara) <br />
• Scan spektrum serapan holium oksida, bandingkan panjang gelombang spektrum yang diperoleh dengan data panjang gelombang acuan.<br />
Kalibrasi Absorbans <br />
• Buat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L asam sulfat (larutan A) <br />
• Buat larutan kalium dikromat 100 + 1 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L asam sulfat (larutan B) <br />
• buat larutan 0,005 mol/L asam sulfat sebagai pembanding dan bandingkan hasilnya dengan data acuan (+ 2%)wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6123670911603486095.post-53520858001038726252011-05-06T02:29:00.000-07:002011-05-06T02:29:29.886-07:00The Dangers-Greenhouse GasesGreenhouse Gases - The Dangers<br />
<br />
Greenhouse gases are dangerous to the environment. The most prevalent greenhouse gas is carbon dioxide. Carbon dioxide and other greenhouse gases are released into the atmosphere by agricultural practices and by the burning of fossil fuels. Greenhouse gases can be seen in populated cities throughout the world, when a car is started and smoke is emitted from the muffler, and industries burning toxins in which they create. All of these gases are harmful to the environment.<br />
<br />
One of the dangers of greenhouse gases is global warming. Polar ice caps are melting as a result of the greenhouse effect and this increases the sea level and cause floods to the coastal areas. Greenhouse gases, which increase the temperature around the globe, cause the tides to rise. The ocean is the largest ecosystem and it changes the waters and releases ice that has been frozen for long periods of time. Ice melting as a result of greenhouse gasses inhibits measurements in which scientists use in studying the changes in the climate. Therefore greenhouse gases are a danger in climate changes on earth.<br />
<br />
The greenhouse gases are a danger to the environment as it alters the weather. When the temperature increases evaporation of water increases as well. This brings about an increase in rainfall as well as dryer soil because of evaporation. This can change agriculture around the world with a lack of good soil. The weather is affected in storms which become increasingly violent as a result of greenhouse gases. These changes on a global scale could possibly bring about deserts in ecosystems. Greenhouse gases which change the weather bring about these events and are very real dangers that are presently occurring globally.<br />
<br />
Greenhouse gases pose a danger to agriculture. Rising temperatures from greenhouse gases effect the yields of vegetation. While the increase in carbon dioxide brings about higher yields in agriculture the effect on the soil is not known. Growers of agriculture must now adapt to these changes in the climate. The clearing of vegetation, such as the Brazilian rainforests, releases greenhouses gases as well. The vegetation that is removed also removes carbon dioxide from the atmosphere, therefore it is a vicious cycle which threatens agriculture greatly. The climate change, or global warming as a result of greenhouse gases, brings about threats to agriculture and vegetation around the world.<br />
<br />
Greenhouse gases are caused by a variety of things. The releasing of greenhouse gases into the atmosphere pose serious dangers to the environment.wawanhttp://www.blogger.com/profile/10208340420926157010noreply@blogger.com0